Sebab, lanjutnya, pengasuhan di pesantren berbasis keteladanan, dengan semangat kebersamaan, kesederhanaan, dan kedisiplinan dengan pembiasaan akhlak baik.
“Pesantren tetap pilihan terbaik untuk pendidikan karakter," tandasnya.
"Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mengintegrasikan pendidikan formal, informal dan nonformal dengan pendekatan keteladanan serta pengasuhan yang terintegrasi,” lanjut dia.
Lebih jauh, dia menyarankan kepada setiap orang tua agar lebih selektif dalam memilih pondok pesantren sebelum menempatkan putra putrinya di sana.
Minimal dengan mengetahui kurikulum dan metode yang dipakai untuk pengajaran.
“Sebelum menempatkan anak, orang tua harus memahami dan mengetahui kondisi faktual pesantren, mulai dari siapa saja pengasuhnya, mata pelajaran yang diajarkan, serta aktifitas kesehariannya,” kata pengasuh Pesantren Al-Nahdlah itu.
Ni’am juga menjelaskan terkait solusi efektif yang menurutnya bisa membebaskan lingkungan pondok pesantren dari kekerasan seksual.
Salah satunya dengan memperkuat tata kelola dan optimalisasi pelayanan pesantren.
Baca Juga: Mitos atau Fakta, Torpedo Sate Kambing Bisa Tingkatkan Gairah Seksual? Begini Penjelasannya