Kisah Benteng Kuno di Pantai Kenjeran: Gadis-gadis Surabaya itu Diperkosa Bergiliran, Lalu Dipenggal Kepalanya

- 9 Juni 2021, 07:31 WIB
Benteng atau Kubu Pertahanan Belanda di Kawasan Taman Hiburan Pantai (THP) Kenjeran, Kota Surabaya
Benteng atau Kubu Pertahanan Belanda di Kawasan Taman Hiburan Pantai (THP) Kenjeran, Kota Surabaya /Tim Media PSI

ZONA SURABAYA RAYA - Jeritan tangis suara perempuan di malam hari yang terdengar dari Benteng atau Kubu Pertahanan Belanda di Pantai Kenjeran, Kota Surabaya, terungkap. Menurut penglihatan ahli metafisika, suara itu dari arwah-arwah gadis yang disekap para tentara Belanda pada masa itu.

Seorang pria indigo asal Surabaya, Adrian Kenzo Satriawan, gadis-gadis itu tak hanya disekap dan diperkosa secara bergiliran. Lebih sadis lagi, kata Kenzo, mereka bahkan dipenggal kepalanya.

Kenzo, sapaan akrabnya, mengaku bisa berkomunikasi dengan arwah perempuan yang terjebak di bangunan itu. Menurut Kenzo, tak hanya ditendang, mereka juga dipenggal kepalanya, dan sengaja dibunuh usai digilir oleh para Tentara Belanda itu.

"Sadis dan kejam sekali perlakuan mereka. Diperkosa, disiksa, lalu dipenggal. Semua mayatnya di tempat itu, intinya digeletakkan," ungkap Kenzo saat ditemui wartawan Zona Surabaya Raya (Pikiran Rakyat Media Network), Selasa 9 Juni 2021.

Baca Juga: Varian Baru Corona di Madura B1.1.7 dan B1.351, Pakar Epidemologi: Surabaya-Bangkalan Bahaya

Dari penuturan Kenzo, tak hanya perempuan saja. Ada beberapa laki-laki remaja yang juga disekap di sana, tapi tak banyak.

Laki-laki ini kebanyakan adalah budak tentara Belanda yang tak mau menuruti perintah mereka.

Anak-anak laki-laki ini juga diseret, disekap, dan lamgsung disiksa oleh Tentara Belanda. Mereka juga dipenggal dan tewas mengenaskan di dalam bangunan itu.

Lebih jauh, Kenzo mengatakan, jika sebetulnya semua mayat yang berada di bangunan itu ingin dikuburkan dengan layak.

Baca Juga: Kasus Covid-19 di Bangkalan Belum Aman, tapi Sudah Masuk Zona Oranye

Namun karena tulang belulang itu sudah menjadi pasir dan tanah, para arwah itu meminta untuk segera didoakan.

"Jika Dinas kebersihan ingin membersihkan, pasir dan tanah di dalam bangunan itu jangan dibuang, karena itu ada bagian dari tubuh dan tulang mereka yang sudah menjadi satu. Setelah itu didoakan," saran Kenzo.

Sebelumnya, perempuan indigo ini bernama R. Della Safitri menangis saat tim memperlihatkan foto bangunan baterai kubu pertahan Belanda itu.

Della, sapaan akrabnya, mengaku banyak kisah keji dan kelam di tiap ruangan itu. Banyak jeritan yang memekakkan telingan dan ada bau anyir di sekitar bangunan itu.

Baca Juga: Dibayar Rp5 Juta, Pria Paruh Baya Ini Nekat Bawa Sabu-Sabu 1,6 Kg dari Jakarta ke Surabaya

Della mengatakan tentara Belanda yang memiliki perawakan tinggi besar itu memang memiliki niatan awal untuk menyimpan senjata di bangunan itu.

Awalnya bangunan itu memang diperuntukan sebagai kubu pertahan. Tapi entah mengapa, tempat itu kemudian dijadikan tempat penyekapan.

Tak tanggung-tanggung, tentara Belanda banyak menyekap para perempuan Jawa yang masih berusia remaja.

Perempuan-peremuan ini adalah anak-anak dari orang tua yang terpaksa tunduk pada kekuasaan Belanda saat itu, yakni sistem kerja rodi. Para gadis itu dipaksa melayani nafsu seks para tentara Belanda.

Baca Juga: Sempat Kabur Usai Keroyok Anggota TNI AL, Enam Preman Bungurasih Sidoarjo Akhirnya Diringkus

Sementara itu, menurut Koordinator Forum Begandring Soerabaia Kuncarsono Prasetyo, kubu pertahanan Belanda ini bernama baterai dan bukan bunker yang biasa disebut oleh masyarakat.

Kubu pertahanan Belanda ini terletak di pesisir Kota Surabaya, yang dibangun di akhir periode kolonial Belanda pada tahun 1900 an. Saat itu Belanda sedang gencar membangun benteng dan baterai.

“Kita yakin itu adalah baterai, bagian dari kubu pertahanan. Artinya itu juga melengkapi baterai yang sudah hancur di armada kawasan timur, di kawasan Bulak Banteng,” terang Kuncar sapaan akrabnya.

Lekat arkeologis, baterai THP yang diperkirakan sudah ada sejak tahun 1900 an sampai 1930 an yang sedang gencar pembangunan benteng dan baterai. “Kami menduga bangunan itu dibangun 1900 an - 1930 an bagian dari kubu pertahanan, karena di masa itu, pembangunan benteng dan baterai besar-besaran untuk menghadang ancaman Jepang. Nah Belanda menyiapkan itu,” tandas Kuncar. ***

Editor: Ali Mahfud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x