Muncul Varian Virus Lambda, Ini Analisa Pakar Kesehatan Unair

- 15 Juli 2021, 16:57 WIB
Prof. Maria Inge Lusida, M.Kes., Sp.MK(K), Ph.D. selaku Ketua Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair)/Zona Surabaya Raya/ist
Prof. Maria Inge Lusida, M.Kes., Sp.MK(K), Ph.D. selaku Ketua Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair)/Zona Surabaya Raya/ist /

ZONA SURABAYA RAYA – Munculnya nama baru mutasi SARS-CoV-2 yang disebut Varian Lambda membuat masyarakat was-was. 

Meski statusnya hingga kini masih dikategorikan sebagai Variant of Interest (VOI), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) khawatir Varian Lambda akan menimbulkan masalah epidemiologi. 

Seperti diketahui, Varian Lambda pertama kali diidentifikasi pada Agustus 2020 di Peru. Hingga April 2021, lebih dari 81 persen kasus Covid-19 di Peru dikaitkan dengan Lambda. 

Baca Juga: Tips Merawat Bayi di Masa Pandemi, Awas Jangan Salah!

Setelah Peru, per Juni 2021, varian tersebut terdeteksi telah menyebar luas di 29 negara di dunia. Sebagian besar di Amerika Latin, termasuk Argentina dan Chile. 

Menanggapi hal itu, Prof. Maria Inge Lusida, M.Kes., Sp.MK(K), Ph.D Ketua Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (UNAIR) mengatakan, Virus Corona akan terus bermutasi. Sebab, hal tersebut merupakan sifat alamiah virus untuk bertahan hidup.

“Apapun variannya, solusinya adalah patuh terhadap 5M dan segera vaksinasi, jangan tunda vaksinasi,” kata Prof. Inge sapaan akrabnya, Kamis, 15 Juli 2021.

Sementara itu, mengenai Varian Lambda, Prof Inge menjelaskan, bahwa potensi penyebaran virus memang lebih cepat. Selain itu, Lambda juga dicurigai dapat menghindar dari antibodi. 

Sedangkan terkait efikasi vaksin, kata Inge, diperlukan lebih banyak riset untuk menarik kesimpulan. 

Halaman:

Editor: Gita Puspa Ningrum


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x