Polda Bentuk Tim, Gelar Perkara Dugaan Kekerasan Seksual Siswa SPI Batu Minggu Ini

- 31 Mei 2021, 16:14 WIB
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Gatot Repli Handoko
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Gatot Repli Handoko /Zona Surabaya Raya/Ali Mahfud

ZONA SURABAYA RAYA – Penyidik Polda Jatim bergerak cepat menyikapi laporan kasus dugaan kekerasan seksual dan eksplitasi siswa SMA SPI (Selamat Pagi Indonesia) Kota Batu, Jawa Timur. Saat ini penyidik sudah membentuk tim, sehingga gelar perkara kasusnya bisa dilaksanakan.

Pembentukan tim dari penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum). Tim ini juga sudah membuat konstruksi perkaranya. "Sudah kami lakukan tindak lanjut dengan membentuk tim, membuat konstruksinya, melakukan gelar perkara pada Minggu ini," kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Gatot Repli Handoko, Senin, 31 Mei 2021.

Dalam gelar perkara nanti, lanjut Gatot, penyidik akan memanggil dan memeriksa pelapor, terduga korban, para saksi serta terduga pelaku. Hal itu juga akan dikoordinasikan dengan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) sebagai pendamping saat pelaporan.

Baca Juga: Virus Corona di Rusun Surabaya Belum Terkendali, Penghuni Positif Bertambah Jadi 50 Orang

"Kemudian untuk pemanggilan berikutnya, untuk dugaan pelaku itu akan kami panggil setelah dilakukan pemeriksaan pada korban-korban," lanjut Gatot.

Perwira dengan tiga melati emas ini menegaskan Polda Jatim akan menangani kasus ini secara profesional. “Kami telah menerima laporan dan kami akan menindaklanjuti secara profesional,” ucap Gatot.

Merujuk pada laporan, keterangan dan bukti-bukti belum bisa diungkapkan oleh Gatot. Sebab, hal itu masih dalam wewenang penyidik. "Masih ada di tangan penyidik, itu nanti akan kami dalami berkoordinasi dengan Komnas PA," terang dia.

Selain itu, pihaknya juga menyiapkan penanganan psikologi bagi para korban. Sebab ada dugaan para korban mengalami trauma akibat kekerasan seksual baik fisik dan verbal serta eksploitasi ekonomi.

Baca Juga: Wali Kota Eri Cahyadi Janji Lagi, Pendapatan Warga Surabaya Rp 7 Juta per Bulan

"Nanti kami koordinasikan, kami menyiapkan dari biro hukum SDM kami akan koordinasi juga terkait masalah pemulihan psikologinya," tutur Gatot.

Sebelumnya, Ketua Komnas PA Arist Merdeka melaporkan kasus itu ke Polda Jatim, Sabtu, 29 Mei 2021. Dia menyebut berdasarkan keterangan para korban, kekerasan seksual yang dilakukan oleh JE sering kali terjadi di sekolah. Hal itu diduga dilakukan oleh JE sejak 2009 dengan korbannya belasan hingga puluhan murid.

Modusnya, menurut Arist, dengan berkedok memberikan pendidikan secara gratis. Mereka dibina sesuai dengan passion, ada yang menjadi enterpreneur dan lainnya.

Namun di balik itu semua, peserta didik justru mengalami kekerasan seksual. Masih kata Arist, selain dilakukan di sekolah tersebut, kekerasan itu juga dilakukan saat di luar negeri.

Baca Juga: Ditunggu-tunggu Pecinta Bola Tanah Air, Polri akhirnya Terbitkan Izin Penyelenggaraan Liga 1

"Ini dilakukan di lokasi di mana anak itu dididik yang seyogyanya menjadi entrepreneur dan berkarakter tetapi karena perilaku si pengelola ini mengakibatkan si anak berada dalam situasi yang sangat menyedihkan," ujar dia.

Bahkan, kekerasan seksual ini juga diduga dilakukan oleh JE ketika dia dan murid-muridnya sedang kunjungan ke luar negeri.

Namun keterangan Komnas PA dibantah Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) SPI Kota Batu, Risna Amalia Ulfa. "Kami kaget dan merasa aneh dengan pemberitaan tersebut. Karena sesungguhnya yang diberitakan itu sama sekali tidak benar," kata Risna dikutip dari ANTARA, Sabtu, 29 Mei 2021.

Baca Juga: Merokok Mudah Diserang COVID-19, Begini Analisis Ahli Kesehatan

Menurutnya, sejak dirinya bekerja di sekolah tersebut, tidak pernah ada kejadian yang dituduhkan itu. "Saya di sekolah ini sejak berdiri pada 2007. Saya menjadi kepala sekolah dan ibu asrama sampai saat ini. Tidak pernah ada kejadian seperti yang disampaikan, sama sekali tidak ada," ucap Risna.

Saat ini, lanjut Risna, pihaknya masih berupaya untuk mencari tahu lebih dalam terkait tuduhan serius tersebut. Ia menyatakan ada pihak yang memiliki tujuan tidak baik terhadap sekolah.

"Kami saat ini juga mencoba mencari tahu lebih dalam tentang hal ini. Sepertinya ada yang memiliki tujuan tidak baik kepada SPI," duga Risna. ***

Editor: Ali Mahfud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah