Ia meminta agar Pemkot Surabaya mengevaluasi total mengenai seluruh bangunan cagar budaya. Ini berkaca dari kejadian rumah radio Bung Tomo yang hancur. Sebab bangunan bersejarah di kota pahlawan ini sangat banyak.
Baca Juga: Dugaan Kekerasan Seksual di SMA SPI Batu, DPRD: Jangan Sampai Orang ini Merusak
"Jangan karena banyak kemudian tidak diramut (diurus), mending sedikit tapi tuntas. Bisa dibilang sampai usai 728 kota Surabaya ini, niat itu tidak tuntas,” tegas freddy.
Seperti diketahui, Sutomo atau Bung Tomo lahir di Surabaya, pada 3 Oktober 1920. Ia meninggal di Arab Saudi pada 7 Oktober 1981. Bung Tomo dikenal sebagai pahlawan nasional karena peranannya dalam Pertempuran 10 November 1945.
Bung Tomo dilahirkan di Kampung Blauran, Surabaya. Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo, priyayi golongan menengah yang pernah bekerja sebagai pegawai pemerintah, staf perusahaan swasta, asisten kantor pajak, hingga pegawai perusahan ekspor-impor Belanda. Kartawan disebut mempunyai pertalian darah dengan beberapa pengikut dekat Pangeran Diponegoro.
Baca Juga: Heboh Semburan Mirip Lumpur Lapindo di Cirebon, Warga Sebut Bau Gas Menyengat
Sewaktu muda, Bung Tomo banyak berkecimpung dalam bidang jurnalistik. Di antaranya menjadi jurnalis lepas untuk harian Soeara Oemoem, harian berbahasa Jawa Ekspres, mingguan Pembela Rakyat, dan majalah Poestaka Timoer. setelah itu, ia bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan sosial. (Bersambung) ***