Network
ZONA SURABAYA RAYA - Demi bisa keluar dari kemiskinan, warga desa ini nekat memahat bukit menggunakan palu.
Penduduk Shenlongwan, sebuah desa yang pernah terisolasi di pegunungan Provinsi Shanxi, China menghabiskan 15 tahun memahat bukit yang sebagian besar berisi material batu.
Berbekal palu, para warga pun bekerja keras hingga akhirnya berhasil menghubungkan desa dengan dunia dan keluar dari kemiskinan.
Shenlongwan secara geografis dikelilingi pegunungan di semua sisi. Kondisi ini membuat penduduk desa harus menggali melalui batu terjal guna menghubungkan desa mereka ke seluruh China.
Baca Juga: Lapar Pria ini Memakan Pesawat Selama 2 Tahun
Jalan yang dibangun oleh masyarakat Shenlongwan hanya sepanjang 1.526 meter, tetapi butuh waktu tidak kurang dari 15 tahun untuk menyelesaikannya.
Dilansir ZonaSurabayaRaya.com dari Oddity Central, Rabu 27 April 2022, Shenlongwan dikenal sebagai daerah penghasil kenari dan buah pir yang lezat.
Namun hasil panen mereka sulit untuk dinikmati masyarakat di luar desa. Pasalnya, sampai tahun 2000 untuk sampai ke Kabupaten Kota Changzhi, penduduk harus memutar melalui delapan kora di tiga provinsi yang berbeda.
Sementara untuk melalui jalan pintas mereka harus siap mempertaruhkan nyawa dengan menaiki tangga sempit berbahaya.
Keadaan makin diperparah dengan celah gunung yang curam, maka dari itu akhirnya penduduk desa memutuskan untuk membuat jalan sendiri.
Baca Juga: Peristiwa Sejarah 26 April GESTAPO Didirikan Pada 1933
Penduduk desa memutuskan bahwa mereka tak bisa hidup seperti ini selamanya. Jika pemerintah tidak mau membangun jalan ke desa mereka, maka harus melakukannya sendiri.
Pekerjaan dimulai pada tahun 1985 dan baru berakhir pada tahun 2000. Jalan pendek tersebut ternyata membuka pintu bagi pariwisata dan perdagangan, serta terbukti menjadi kunci untuk membuat rakyat Shenlongwan keluar dari kemiskinan.
Tak hanya bisa menjual hasil kerja mereka lebih cepat, keindahan alam desa Shenlongwan juga mulai menarik wisatawan.
Perubahan tersebut membuat kemiskinan yang dulu merajalela kini menjadi cerita masa lalu masyarakan di sana.***
