Dengan Riset Baru, Sekolah Murid Merdeka Gabungkan Pembelajaran Daring dan Tatap Muka Saat Pandemi

5 Juni 2021, 21:06 WIB
Sekolah Murid Merdeka /Zona Surabaya Raya/Ist

ZONA SURABAYA RAYA - Pandemi berkepanjangan membuat seluruh sekolahan melakukan kegiatan pembelajaran secara online.

Namun tak mengintegrasikan antara teknologi dan pedagogi atau metode ajar dengan baik.

Hal ini yang membuat sejumlah siswa tak jarang dapat mengikuti pelajaran yang diberikan pengajarnya.

Berbeda dengan siswa Sekolah Murid Merdeka (SMM).

Dimasa pandemi Covid-19 SMM menggabungkan pembelajaran daring dan tatap muka. 

Kepala Sekolah Murid Merdeka (SMM) Laksmi Mayesti mengatakan bahwa sejak awal, bahkan sebelum pandemi, Sekolah Murid Merdeka (SMM) sudah menginisiasi model pembelajaran blended learning.

"Yaitu metode yang menggabungkan pembelajaran online (dalam jaringan) dan pembelajaran offline atau tatap muka langsung. Rencana pembelajaran di SMM sudah termasuk pilihan pembelajaran online dan tatap muka langsung,” lanjutnya dalam rilis yang diterima Zona Surabaya Raya (Pikiran Rakyat) Sabtu (5/6/2021).

Menurut Laksmi, belajar online bisa sangat Engaging, menyenangkan dan bermakna. Kuncinya ada pada kreativitas yang dibangun tenaga pengajar.

"Semua pengajar SMM dituntut selalu mengembangkan kreativitas, agar peserta didik dapat berinteraksi secara terbuka, baik dengan guru maupun teman-temannya" lanjutnya.

“SMM menawarkan fleksibilitas. Kami percaya setiap anak punya kebutuhan yang berbeda, dan punya konteks belajar yang berbeda juga. Sebagai pendidik kami punya kewajiban merespons kebutuhan belajar anak, termasuk merespon konteks belajar yang ada di sekitar anak,” jelasnya.

Keberadaan sekolah berkualitas relatif masih terbatas, biasanya hanya terkonsentrasi di kota besar. Seringkali orang tua siswa merasakan bahwa sekolah yang mereka harapkan jauh dari tempat tinggalnya.

Baca Juga: Sadis! Terbakar Api Cemburu, Suami di Banyuasin Ini Jejalkan Cobek ke Kemaluan Istrinya

Seandainya bisa diakses, sekolah itu kurang fleksibel, dan belum sampai tingkat mengukur kebutuhan anak, atau berpihak pada anak.

“SMM didirikan untuk mengubah miskonsepsi bahwa kita memang bisa belajar dari mana saja, Pendidikan yang berkualitas harus merata dan bisa diakses semua anak di Indonesia. Berkat bantuan teknologi informasi, murid-murid SMM, tersebar dari Aceh hingga Papua,” ujar Laksmi.

Sedangkan kurikulum yang dipakai, SMM tetap menggunakan Kurikulum Nasional. Namun dalam proses belajar mengajar, pihaknya menggunakan banyak pendekatan dan inovasi.

“Kami selalu merujuk riset-riset terbaru, misalnya tentang manajemen kelas maupun pedagogi. Kami punya tim kurikulum yang rutin melakukan kajian tentang metode pembelajaran, sebelum akhirnya melibatkan guru-guru untuk berdiskusi,” tutupnya.***

Editor: Julian Romadhon

Tags

Terkini

Terpopuler