"Anak-anak ini anak kelas 1 SMP, tidak mungkin dia tidak ada pembimbingnya, pembinanya, karena mereka ini tinggal (di asrama), akomodasi, nutrisi, psikis, diperhatikan perkembangannya dari hari ke hari, pelajarannya juga disesuaikan. Karena dia atlet, kita persiapkan untuk atlet. Jadi sangat berbeda dengan anak-anak sekolah yang reguler," jelasnya.
Perguruan tinggi yang ditetapkan sebagai sentra, pastinya sudah ada sekolahnya. Di Unesa sendiri ada Lab School SD, SMP, dan SMA. Para bibit atlet juga sudah terbiasa dengan suasana yang berbeda.
"Kita sudah biasakan dia untuk menuju satu lingkungan yang berbeda, sehingga dia fokus disitu. Kalau disini suasananya berbeda, lepas dari orang tua. Mereka akan menjadi anak negara, semua sudah diurus negara. Tetapi, tugas dia konsentrasi untuk menjadi atlet, tidak boleh berpikir yang lain-lain," urainya.
Zainudin mengatakan, selain perguruan tinggi juga akan bekerja sama dengan seluruh stake holder lain. Seperti pemprov hingga KONI.
Baca Juga: Hasil Liga Champions: Singkirkan Lille, Chelsea Melaju ke Perempat Final
"Unesa satu langkah di depan. Pasti, semua sudah disiapkan. Tapi kita menstandarisasi, kalau ada yang kurang itu menjadi kewajiban kami," katanya.
Untuk mendukung hal tersebut, Unesa telah menyiapkan fasilitas mulai dari tempat asrama, laboratorium di berbagai cabang olahraga, hingga Lab School bagi para atlet.***