"Anak-anakku yang hadir hari ini harus bisa membedakan, menggunakan dan memanfaatkan digitalisasi untuk kepentingan yang baik. Jangan sampai digitalisasi itu akhirnya menciptakan perpecahan di antara kita," pesan wali kota yang akrab disapa Cak Eri ini.
Ia mencontohkan, digitalisasi dengan mudah membuat orang menjadi terkenal melalui platform media sosial (medsos).
Selain itu, masyarakat juga mudah menemukan beragam konten. Tetapi, tidak semua konten itu bersifat positif.
"Jadi anak-anakku semua, harus bisa memilah dan memilih, mana yang baik dan mana yang buruk," lanjut Eri menegaskan.
Selain FGD bertajuk Menatap Surabaya 5 Tahun Ke Depan, SMSI Surabaya bersama Pokja Pemkot Surabaya juga menggelar coaching clinic "Literasi Digital dan Stop Bullying" pada hari yang sama.
FGD sendiri diikuti para jurnalis dan praktisi pers. Hadir pula dalam kesempatan ini, ratusan pelajar dari sejumlah SMP Negeri di Kota Surabaya.
Baca Juga: Gagal Maju Pilpres 2024, Khofifah - Emil Dardak Diprediksi Menang Lagi di Pilgub Jatim 2024
"Saya berharap SMSI tidak berhenti sampai di sini, tapi bagaimana bisa menarik dan menggerakkan orang tua untuk menyiapkan anak-anak 5 tahun ke depan menjadi anak-anak yang paham terkait dengan literasi digital, serta memahami dan menghormati orang lain," harap Eri Cahyadi.
Media Mainstream jadi Sumber Referensi
Sementara itu, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur, Lutfil Hakim berpesan agar para pelajar dapat memilih dan memilah informasi yang beredar.