Matur Sembah Nuwun, Abah.
Akhirnya hari itu datang, hari yang begitu saya khawatirkan, hari saat kami harus berpisah.
Takdir mengetuk pintu kehidupan keluarga kami, dan seperti berkata kepada Abah: “sudah saatnya untuk pulang”.
Abah kembali kepada Yang Maha Menggenggam Jiwa dan Hidup Manusia, tempat kita selalu berkata: Kepada-Mu kami menyembah, kepada-Mu kami memohon pertolongan.
Selama hidup, Abah mengajarkan banyak hal tentang bagaimana seharusnya saya menjadi manusia.
Hidup memang tak mudah. Namun itu bukan berarti membuat harga diri kita menjadi murah.
Abah selalu menekankan bagaimana pentingnya memegang prinsip utama dalam diri manusia: welas asih dan asuh.
Abah seorang pegawai negeri biasa. Sebagaimana halnya seorang birokrat, beliau mendedikasikan sepanjang hayatnya untuk melayani publik, berikhtiar memberikan yang terbaik untuk masyarakat.
Mungkin tak ada kisah heroik yang dilakukannya untuk dicatat dalam buku peradaban.