ZONA SURABAYA RAYA - Sebanyak 16 kepala keluarga (KK) yang merupakan eks penghuni Kolong Tol Kampung 1001 Malam digusur Pemkot Surabaya, pada bulan November 2022, lalu.
Meski jadi korban penggusuran, nasib 16 KK korban penggusuran tersebut tidaklah bertambah buruk, tetapi lebih baik.
Kabar baiknya, mereka diberi pekerjaan oleh Pemkot Surabaya. Sekarang ini, terdapat 12 orang dari 12 KK yang rata-rata tercatat telah bekerja di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya.
Salah satu dari 12 KK yang mendapat pekerjaan dari Pemkot Surabaya adalah Zulfa Rahmanita Rosidah, 19.
Baca Juga: Buntut Granat di Balai Kota, Ini yang Dilakukan Pemkot Surabaya agar Tidak Kecolongan
Zulfa diketahui bekerja di dapur permakanan Dinsos Surabaya. Kesehariannya, ia bekerja sebagai juru masak di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Griya Wreda Jambangan.
"Waktu Pak Wali ke sana (Kolong Tol 1001 Malam) bilang mau memberi pekerjaan itu, saya ragu," tutur Zulfa dikutip dari laman resmi Pemkot Surabaya, Senin, 9 Januari 2023.
Baca Juga: GEMPAR Penemuan Granat di Balai Kota Surabaya, Kepala Bakesbangpol Bantah Ada Masalah Keamanan
"Saya sempat nggak mau awalnya. Tapi akhirnya ternyata benar diberi pekerjaan dan tempat tinggal layak," sambungnya.
Selain Zulfa, ada pula Aris Setiawan yang merasakan hal serupa dengan koleganya tersebut.
Menurut Aris, nasibnya kini menjadi lebih baik daripada tinggal di bawah kolong jembatan tol.
Pekerjaan Aries sendiri sebelum diberi pekerjaan oleh Pemkot Surabaya adalah pengamen jalanan.
Lantaran itu, dirinya mengaku sejak muali tinggal di rusunawa taraf hidupnya kini kian menjadi lebih baik.
Terlebih, sekarang dia juga sudah mendapatkan pekerjaan yang lebih layak.
Baca Juga: Debt Collector Adu Jotos dengan Nasabah, Keberadaan Koperasi Pinjaman di Surabaya Terancam
Pria 25 tahun itu sudah tidak lagi merasa was-was, harus kucing-kucingan dengan Satpol PP ketika mencari sesuap nasi.
"Sudah sering saya kena razia, setelah dapat informasi kalau penghuni rusun mau direlokasi ke rusun itu saya bersyukur, walaupun sedikit ragu," tutur Aris bercerita.
"Kalau melihat seperti dulu, nelangsa rasanya, apalagi anak saya harus tidur di kolong jembatan," sambungnya.
Kendati ada rasa ragu yang berkecamuk dalam benak dan hatinya, setelah mendengar kabar bakal ada pengosongan lahan, kini kerguan itu sudah tidak lagi ada.
Bahkan, sekarang ini dia bersama dapat hidup layak bersama anak dan istrinya.
"Dulu tinggal di kolong jembatan, sempat ditinggal istri saya. Alhamdulillah sekarang ternyata ada hikmahnya, saya bisa bahagiakan anak dan istri," ucap Aris sembari mengingat masa lalunya.
Sebelumnya, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menuturkan, Pemkot tidak serta merta merta melakukan pemindahan warga dan penertiban bangunan di kolong jembatan tol Kampung 1001 Malam.
Akan tetapi, pemkot juga bertanggung jawab, memberikan jaminan perhatian kesehatan, pendidikan, dan penghasilan kepada warga yang dipindahkan ke rusunawa Sumur Welut. ***