ZONA SURABAYA RAYA - Ketahanan pangan lokal menjadi hal penting setelah melewati gelombang pandemi covid-19. Apalagi, Kota Surabaya menjadi distrik metropolitan terpadat kedua setelah DKI Jakarta.
Kesehatan warga kota juga bergantung pada kesediaan lumbung pangan (food estate) yang disiapkan masing-masing daerah.
Menanggapi hal ini, Dr Annis Catur Adi selaku dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menjelaskan bahwa kondisi ketahanan pangan lokal di Kota Surabaya dalam level terkendali.
"Situasi ketahanan pangan di Kota Surabaya sudah terkendali. Media massa sebagai kontrol sosial, jarang mempublikasikan adanya gangguan ketahanan pangan (kerawanan pangan, red)," tuturnya ketika dihubungi ZonaSurabayaRaya.Pikiran-Rakyat.Com, Jumat 01 Oktober 2021.
Baca Juga: VAKSIN IKA UNAIR Surabaya 3 Oktober 2021, Dosis 2, Daftar Online, Begini Caranya
Perlu diperhatikan, dari pasokan pangan Kota Surabaya yang masih terbilang aman ini, ternyata masih ditemukan kasus balita stunting.
Data itu dikutip Dr Annis dari berbagai sumber seperti Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Pemantauan Status Gizi (PSG) Kota Surabaya dan PSG Jawa Timur.
"Meski, berdasarkan output masih ada balita stunting. Menurut data prevalensi stunting yang dirilis berbagai macam data (sumber, red) berbeda, yaitu Riskesdas, PSG Kota Surabaya dan PSG Jawa Timur," ucapnya.
Adanya stunting, sebenarnya merupakan bagian dari fakta ketahanan pangan lokal yang masih perlu ditingkatkan dan diperkuat.