Ulas Sejarah ‘Radio Pemberontakan’ Dalam Mengobarkan Semangat Pejuang Pertempuran Surabaya

8 November 2021, 16:55 WIB
Riwayat Radio Pemberontakan Bung Tomo / Historia.id / Hendri F. Isnaeni /Zona Surabaya Raya/

ZONA SURABAYA RAYA -  Suara Bung Tomo berkumandang membakar semangat arek Surabaya. Terdengar jelas suara “Merdeka atau Mati”. Kata – kata itu menjadi kekuatan yang mampu merepotkan pasukan sekutu.

Melirik sejarah riwayat siaran radio pemberontakan dalam mengobarkan semangat Arek Surabaya telah dikutip ZonaSurabayaRaya.com melalui Kanal Youtube @INFOWARGAnet, yang dipublikasi 7 Agustus 2019.  

Sebuah rumah di Jalan Mawar Nomor 10 Surabaya itu tak bisa dilepaskan dari sebuah bangunan orasi Bung Tomo, aktor penting dalam peristiwa 10 November 1945.

Menurut sejarawan Benedict R.O’G Anderson, sepintas Bung Tomo bukanlah seorang yang mungkin menjadi lambang utama gerakan pemuda di Jawa.

 “Ketika dia kembali dari Jakarta pada tanggal 12 Oktober 1945, dia membawa gagasan yang membuat ia terkenal untuk mendirikan stasiun pemancar radio pemberontakan sebagai sarana untuk menciptakan solidaritas massa dan memperbesar semangat perjuangan pemuda,” tulis Anderson dalam Revolusi pemuda.

Baca Juga: Pemkot Surabaya Menggelar Acara ‘Sumpah Merah Putih’, Jangan Lewatkan Acaranya

Sebelum kembali ke Surabaya, Bung Tomo mendengar peristiwa perobekan bendera Belanda berwarna merah, putih dan biru di Hotel Yamato. Usai dirobek, para pemuda dengan dukungan dari rakyat kembali menaikkan bendera merah putih setelah membuang warna biru.

Demi memelihara semangat perlawanan, Bung Tomo tetap nekat mendirikan sebuah Radio sekembalinya dari Jakarta. Radio yang ia beri nama 'Radio Pemberontakan' ini mulai mengudara pada 16 Oktober 1945. Awal menyiarkan pesan-pesan perjuangan, stasiun pemancar masih meminjam milik RRI Surabaya.

Sejak didirikan, Bung Tomo menjadi satu-satunya penyiar. Dengan suara penuh semangat dan menggelora, ditambah intonasi memikat membuat radio ini semakin banyak didengar. Sebelum membaca dan selesai berpidato, ia tak pernah lupa mengucapkan "Allahu Akbar."

Tepat pada 25 Oktober 1945, pasukan sekutu yang didominasi serdadu inggris tiba di Surabaya di bawah pimpinan Brigjen AWS Mallaby. Sebelum tiba, Bung Tomo sempat melakukan orasi di radio. Berikut petikannya:

"Kita ekstremis dan rakyat sekarang tidak percaya lagi pada ucapan-ucapan manis. Kita tidak percaya setiap gerakan (yang mereka lakukan) selama kemerdekaan Republik tetap tidak diakui! Kita akan menembak, kita akan mengalirkan darah siapa pun yang merintangi jalan kita! Kalau kita tidak diberi Kemerdekaan sepenuhnya, kita akan menghancurkan gedung-gedung dan pabrik-pabrik imperialis dengan granat tangan dan dinamit yang kita miliki."

"Ribuan rakyat yang kelaparan, telanjang, dan dihina oleh kolonialis, akan menjalankan revolusi ini. Kita kaum ekstremis, kita yang memberontak dengan penuh semangat revolusi, bersama dengan rakyat Indonesia, yang pernah ditindas oleh penjajahan, lebih senang melihat Indonesia banjir darah dan tenggelam ke dasar samudera daripada dijajah sekali lagi! Tuhan akan melindungi kita! Merdeka! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!"

Pertempuran pun pecah di Surabaya pada 27 Oktober setelah Inggris membebaskan intel Belanda yang ditangkap pejuang. Mereka lantas mengambil alih sejumlah instalasi seperti kantor jawatan kereta api, kantor telepon dan telegraf, serta rumah sakit.

Bung Tomo tak mau mematuhi permintaan itu, sehari sebelum gempuran Inggris dimulai, Bung Tomo sempat berpidato untuk menggelorakan rakyat. "Saudara-saudara rakyat Surabaya. Bersiaplah! Keadaan genting. Tetapi saya peringatkan sekali lagi. Jangan mulai menembak. Baru kalau kita ditembak, maka kita akan ganti menyerang mereka itu."

"Kita tunjukkan bahwa kita itu adalah orang yang benar-benar ingin merdeka. Dan untuk kita, Saudara-saudara, lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap. Merdeka atau mati! Dan kita yakin, Saudara-saudara, akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita sebab Allah selalu berada di pihak yang benar. Percayalah, Saudara-saudara!

"Tuhan akan melindungi kita sekalian. Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Merdeka!"

Kali ini, pidatonya mendapat tanggapan dari RRI Surabaya. Stasiun radio milik pemerintah ini pun merelai ucapannya hingga ke seluruh Indonesia. Meski akhirnya para pejuang berhasil dikalahkan dan Surabaya jatuh ke tangan sekutu, namun semangat yang dikobarkan Bung Tomo tetap melekat hingga kini.***

Editor: Julian Romadhon

Tags

Terkini

Terpopuler