Network
ZONA SURABAYA RAYA - Jika Anda atau orang terdekat pernah menjalani kemoterapi, maka Anda tidak sendirian.
Lebih dari jutaan orang di dunia melakoni kemoterapi atau radiasi setiap tahun, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat.
Tapi, apa itu perawatan kemoterapi yang sering didengung-dengungkan?
Pertama, kemoterapi memiliki sejarah yang cukup menarik. Meskipun pertama kali dikembangkan pada awal abad ke-20, apresiasi untuk penggunaan kemoterapi yang efektif sering diberikan kepada Dr. Sidney Farber.
Baca Juga: Hindari Kanker Prostat, Terapkan Tips dari Ahli Onkologi, Simak Selengkapnya
Dia adalah seorang ahli patologi pediatrik Amerika di Rumah Sakit Anak Boston pada tahun 1940-an.
Setelah menjadi sedih dan frustrasi melihat begitu banyak anak meninggal akibat leukemia, sejenis kanker darah yang menurut sebagian besar ahli kesehatan tidak mungkin diobati pada saat itu.
Baca Juga: Yayasan Kanker Indonesia Ingatkan Pemerintah untuk Penuhi Empat Hak Pasien
Dr. Farber mulai melakukan penelitian kanker dengan harapan mengembangkan pengobatan yang efektf.
Menurut Blood Cancer UK, Dr. Farber memulai dengan bereksperimen dengan obat yang disebut aminopterin dan menemukan bahwa itu efektif dalam membunuh sel kanker.
Terobosan ini mengarah pada pengembangan obat kemoterapi lainnya, termasuk metotreksat, yang toksisitasnya lebih rendah dan nyatanya masih digunakan sampai sekarang untuk mengobati pasien kanker.
Pada awalnya, obat kemoterapi sangat beracun, menyebabkan banyak efek samping yang tidak menyenangkan.
Meskipun demikian, dengan bertambahnya pengetahuan, para peneliti telah mengembangkan obat baru yang tidak hanya lebih efektif tetapi juga memiliki efek samping yang lebih sedikit.
Kini, kemoterapi adalah bagian penting dari pengobatan kanker bagi mereka yang memiliki kasus serius dan telah membantu menyelamatkan banyak nyawa.
Baca Juga: Berat Badan Anak Anda Turun? Ini Gejala Kanker pada Anak yang Harus Dipahami Orang Tua!
Apa saja efek samping dari kemoterapi?
Terlepas dari kemajuan yang telah dibuat para ilmuwan, mereka yang menjalani pengobatan mungkin masih mengalami efek samping akibat kemoterapi.
