Menelusuri Jejak Sejarah Markas Ulama dan Santri saat Pertempuran 10 November

- 3 November 2023, 12:00 WIB
Markas Besar Oelama (MBO) di Waru, Sidoarjo, Jawa Timur, yang diyakini sebagai sentrum koordinasi para ulama dan pejuang serta pusat penggemblengan laskar pejuang dalam Pertempuran Surabaya. ANTARA/HO-Tim MBO PWNU Jatim.
Markas Besar Oelama (MBO) di Waru, Sidoarjo, Jawa Timur, yang diyakini sebagai sentrum koordinasi para ulama dan pejuang serta pusat penggemblengan laskar pejuang dalam Pertempuran Surabaya. ANTARA/HO-Tim MBO PWNU Jatim. /

Pusat pertahanan itu, ungkap Djunaidi, yakni Kyai Abbas di barat untuk perlawanan udara, mbah Kyai Hasyim Asy'ari di tengah untuk perlawanan darat, dan Kyai Hamid Babakan di timur untuk perlawanan laut.

Sebelumnya, seperti dalam cerita yang diungkapkan Djunaidi, Kyai Abbas Buntet memberi asmak/hizib di sumur yang ada di markas Waru tersebut dan diuji dengan memukul pedang.

Hasilnya tidak ada luka, sehingga laskar yang ikut perlawanan ke Surabaya pun memiliki motivasi yang kuat untuk berangkat.

Baca Juga: Teguran Keras Ketum PBNU Yahya Cholil Staquf: Jangan Ada Capres-Cawapres Bawa-Bawa NU!

Perlawanan udara dilakukan Kyai Abbas dengan berdoa, hingga batu dan alu pun terbang bergemuruh menghantam pasukan sekutu, dengan demikian sehingga dapat menghadang pesawat hercules yang menyerang Arek-Arek Suroboyo.

Sementara itu, ungkap Djunaidi, perlawanan darat di depan Stasiun Gubeng dan Jalan Pemuda yang dikomandani KH Hasyim Asy'ari justru mampu menewaskan Jenderal AWS Mallaby, yang merupakan komandan AFNEI Brigade 49/Divisi India ke-23.

Jendral AWS Mallaby tewas dengan lemparan granat pada 29 Oktober 1945, dimana saat itu diceritakan bahwa almarhum KH Achiyat Chalimy/Mojokerto menyebut lemparan granat dilakukan santri/tokoh Tebuireng yang melintas tanpa kelihatan.

Perlawanan Arek-Arek Suroboyo yang bersemangat tersebut juga dipicu oleh Resolusi Jihad di Bubutan VI/2 yang merupakan Kantor NU, Surabaya, pada 22 Oktober 1945.

Sebelum Resolusi Jihad dan tewasnya Jenderal Mallaby itu, seperti diceritakan Djunaidi, insiden awal yang memicu pertempuran Surabaya yakni insiden Bendera di Hotel Yamato, pada tanggal 19 September 1945.

Baca Juga: Barokah 1 Abad NU, Sidoarjo Hujan Uang Rp600 Miliar, Kemana Larinya?

Halaman:

Editor: Timothy Lie

Sumber: ANTARA Jurnal Studi Sosial FIS Univ Negeri Malang


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah