Kebenaran sejarah tersebut diperkuat oleh saksi sejarah, yakni Djunaidi yang bermukim di Wedoro Utara RW 1/RW 2 Nomer 41, Wedoro, Waru, Sidoarjo, yang berjarak tidak jauh dari markas ulama dan santri di Waru tersebut.
Seperti mengutip Antara, menyebut bahwa Djunaidi mengaku pada tahun 2000an dirinya sudah sering ngobrol dengan Dimyati, yang merupakan anak pemilik gedung tersebut.
"Jauh sebelum ada tim NU yang mengurus dan melacak sejarahnya," ucap Djunaidi.
Dalam percakapan dengan Antara pada 24 Oktober 2023, Djunaidi menjelaskan bahwa ayah Dimyati merupakan sosok orang kaya yang berjualan alat untuk kelengkapan transportasi kuda, yang berjualan di depan rumah yang berada di dekat pasar.
Djunaidi mengatakan bahwa ayah dari Dimyati merupakan orang kaya dan sosok yang dermawan.
"Nah ketika beliau mendengar kalau Mbah Kyai Hasyim Asy'ari mencari tempat yang aman, tempat yang strategis untuk perlawanan terhadap Sekutu, lalu beliau mengorbankan rumahnya tersebut," ungkap Djunaidi.
Alhamdulillah, lanjut Djunaidi, Mbah KH Hasyim Asy'ari berkenan, karena lokasinya memang strategis, berada berbatasan dengan Surabaya dan dekat dengan Stasiun KA Waru.
Baca Juga: Hasil Survei Pilpres 2024 AMIN Jeblok, PKS Sesumbar Tiga Perempat Warga NU Pilih Anies-Muhaimin!
Dengan demikian para ulama dan santri hanya tinggal turun kereta kemudia berjalan beberapa ratus meter saja.