Bukan Isu! 8 Kasus COVID-19 Varian India Terungkap di Jatim, 5 Kasus Baru di Bangkalan

- 19 Juni 2021, 13:39 WIB
Penyekatan dan swab test antigen di akses Jembatan Suramadu.
Penyekatan dan swab test antigen di akses Jembatan Suramadu. /Pemkot Surabaya

ZONA SURABAYA RAYA - Meski Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair) masih meneliti sampel Covid-19 Varian India (B.1.617.2). Namun nyatanya varian baru itu telah masuk Jawa Timur. Bahkan saat ini ada lima kasus baru varian India (Delta).

Ini bukan isapan jempol, karena diungkapkan langsung Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur, Herlin Ferliana. Menurutnya, lima kasus baru COVID-19 varian B16172 Delta atau varian India ini menginfeksi pasien di wilayah setempat.

"Lima yang terbaru, sebelumnya tiga (Dua di Surabaya dan satu di Bojonegoro, red). Benar, (total) ada delapan," kata Herlin Ferliana, Sabtu, 19 Juni 2021.

Dari delapan orang pasien terpapar varian baru COVID-19 tersebut, empat pasien dirawat di Rumah Sakit Lapangan Indrapura (RSLI) Surabaya. Tiga di rumah sakit swasta, dan satu di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bojonegoro.
Sedang lima pasien yang terkonfirmasi COVID-19 varian baru ini berasal dari Bangkalan, Madura.

Baca Juga: WHO: Tingkat Penularan Tinggi, COVID-19 Varian Delta paling Dominan secara Global

"Mereka di antaranya merupakan orang yang terjaring dari penyekatan di Jembatan Suramadu, tapi juga ada yang telah dirawat di rumah sakit," terang Herlin Ferliana seperti dikutip Antara.

Mengenai indikasi pasien yang terinfeksi varian India, ia menjelaskan, karena terdeksi CT value mereka di bawah 25. Saat itu pasien dirawat di rumah sakit.
Hasil deteksi CT Value itu kemudian diperiksa dengan whole genome sequencing. Alhasil, mereka ini terinfeksi COVID-19 mutasi baru.

"Apabila CT value-nya di bawah 25, kita antisipasi untuk dilakukan whole genome sequencing," ungkapnya.

Sebelumnya, varian Delta COVID-19 dari India telah menyebar ke seluruh dunia. Hal tersebut diungkapkan Kepala Penelitian WHO, Soumya Swaminathan, berdasarkan laporan peningkatan kasus varian Delta di berbagai negara. Beberapa di antaranya adalah Inggris, Jerman, dan Rusia.

Baca Juga: Aktivis 98 Tagih Polda Jatim, Minta Kasus Kerumunan Pesta Ulang Tahun Gubernur Khofifah Dilanjutkan

"Varian Delta dalam proses menjadi varian yang dominan di level global karena mudah menyebar," ujar Swaminathan, dikutip dari kantor berita Reuters, Jumat, 18 Juni 2021.

Pernyataan Swaminathan didukung oleh CureVac, perusahaan farmasi asal Jerman, yang vaksinnya gagal lolos uji klinis WHO. Menurut laporan CureVac, setidaknya ada 13 varian COVID-19 yang mereka temukan selama penelitian.

Dari ke-13 varian itu, varian Delta dinilai sebagai yang paling mudah menyebar.
Sebagai catatan, varian Delta COVID-19 adalah jenis virus yang berasal dari India.

Baca Juga: Covid-19 di Surabaya-Bangkalan Belum Turun, Ratusan Marinir Dikerahkan, Ini Update Virus Corona Hari Ini

Varian tersebut pertama kali terdeteksi padai Oktober 2020, ketika jumlah kasus di India naik berkali-kali lipat dan menaruhnya di posisi kedua negara paling terdampak COVID-19. Sebelumnya, posisi itu dipegang Brasil.

Sekarang, ada 29,8 juta kasus dan 385 ribu kematian akibat COVID-19 di India.

Selain varian Delta, ada tiga varian lain yang sudah dipastikan oleh WHO. Ketiganya adalah varian Alpha, Beta, dan Gamma.

Varian Alpha berasal dari Inggris, terdeteksi pada September 2020. Varian Beta dari Afrika Selatan, terdeteksi pada Mei 2020. Sementara itu, untuk Gammar, terdeteksi di Brasil pada November 2020. ***

Editor: Ali Mahfud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x