Baca Juga: Aktivis 98 Tagih Polda Jatim, Minta Kasus Kerumunan Pesta Ulang Tahun Gubernur Khofifah Dilanjutkan
"Varian Delta dalam proses menjadi varian yang dominan di level global karena mudah menyebar," ujar Swaminathan, dikutip dari kantor berita Reuters, Jumat, 18 Juni 2021.
Pernyataan Swaminathan didukung oleh CureVac, perusahaan farmasi asal Jerman, yang vaksinnya gagal lolos uji klinis WHO. Menurut laporan CureVac, setidaknya ada 13 varian COVID-19 yang mereka temukan selama penelitian.
Dari ke-13 varian itu, varian Delta dinilai sebagai yang paling mudah menyebar.
Sebagai catatan, varian Delta COVID-19 adalah jenis virus yang berasal dari India.
Varian tersebut pertama kali terdeteksi padai Oktober 2020, ketika jumlah kasus di India naik berkali-kali lipat dan menaruhnya di posisi kedua negara paling terdampak COVID-19. Sebelumnya, posisi itu dipegang Brasil.
Sekarang, ada 29,8 juta kasus dan 385 ribu kematian akibat COVID-19 di India.
Selain varian Delta, ada tiga varian lain yang sudah dipastikan oleh WHO. Ketiganya adalah varian Alpha, Beta, dan Gamma.
Varian Alpha berasal dari Inggris, terdeteksi pada September 2020. Varian Beta dari Afrika Selatan, terdeteksi pada Mei 2020. Sementara itu, untuk Gammar, terdeteksi di Brasil pada November 2020. ***