5 Fakta seputar Naegleria Fowleri, Amoeba Pemakan Otak: Lokasi, Obat, dan Cara Mencegah

- 29 Desember 2022, 10:24 WIB
Gambar ini menunjukkan infeksi amoeba Naegleria fowleri, dilihat di bawah mikroskop dan diwarnai dengan antibodi fluoresen.
Gambar ini menunjukkan infeksi amoeba Naegleria fowleri, dilihat di bawah mikroskop dan diwarnai dengan antibodi fluoresen. /CDC

ZONA SURABAYA RAYA - Naeleria Fowleri atau yang dikenal sebagai amoeba pemakan otak, telah mengakibatkan satu kasus kematian di Korea Selatan (Korsel).

Infeksi mematikan itu disebabkan oleh organisme bersel tunggal yang disebut Naegleria fowleri, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.

Demi mencegah fatalitas akibat Naeleria Fowleri, ada baiknya Anda mengetahui tentang amoeba pemakan otak satu ini.

Melansir Centers for Disease Control and Prevention (CDC), berikut adalah 5 fakta tentang Naeleria Fowleria, amoeba pemakan otak.

Baca Juga: Wanita Hamil Ketahuan Merampok Toko Perhiasan, Saat Ditangkap Mengaku Ngidam Mencuri

1. Orang biasanya terinfeksi dari danau dan sungai air tawar yang hangat

Amoeba ini suka hidup di air hangat, termasuk danau dan sungai yang hangat, serta sumber air panas.

Baca Juga: Video Viral Tikus Terekam Kamera Memakan Ayam Goreng Dagangan di Dalam Etalase Bikin Jijik Pembeli

Organisme ini juga dapat ditemukan di kolam hangat yang tidak diklorinasi dengan baik, dan di pemanas air, kata CDC.

Ia dapat hidup pada suhu setinggi 115 derajat Fahrenheit (46 derajat Celcius).

Dan terkadang dapat bertahan pada suhu yang lebih tinggi untuk waktu yang singkat.

Sebagian besar infeksi amoeba pemakan otak terjadi di perairan air tawar di suatu negara bagian Selatan.

Infeksi paling sering terjadi selama bulan-bulan musim panas, terutama saat panas dalam waktu lama, kata CDC.

2. Naegleria fowleri tidak ditemukan di lautan

Baca Juga: Perayaan Natal, Pendukung Teroris Serang Kota Paris, 31 Polisi Terluka, Ini Kronologinya

Amoeba sampai ke otak melalui hidung. Orang tidak terinfeksi Naegleria fowleri dengan menelan air.

Sebaliknya, infeksi terjadi ketika air yang mengandung amuba ini naik ke hidung dan masuk ke otak.

Baca Juga: Terlibat Pencurian, Nenek Ditangkap Polisi Ternyata Pelakunya Kucingnya Kucing Peliharaan, Kok Bisa?

Begitu berada di otak, amuba menghancurkan jaringan otak, yang mengakibatkan pembengkakan otak dan biasanya kematian, kata CDC.

Gejala awal, yang meliputi sakit kepala, demam, mual dan muntah, dapat terjadi dari satu hingga sembilan hari setelah infeksi.

3. Infeksi amoeba pemakan otak ini sangat jarang terjadi

Dari 2006 hingga 2015, hanya ada 37 kasus infeksi Naegleria fowleri khususnya di Amerika Serikat.

Tetapi, ada jutaan orang berenang setiap tahun, menurut CDC.

Sebagai perbandingan, ada 34.000 kematian akibat tenggelam dari tahun 2001 hingga 2010.

Baca Juga: Mengira Terkena Kanker, Pria ini Kaget Saat Mengetahui Ada Cone Lalu Lintas Selama 40 Tahun di Paru-parunya

4. Sangat sedikit orang yang selamat dari infeksi ini

Infeksi amoeba pemakan otak ini hampir selalu berakibat fatal.

Baca Juga: Warga China Tuntut Xi JinPing Mundur! Alasannya Karena...

Dari 138 orang yang terinfeksi Naegleria fowleri di Amerika Serikat antara tahun 1962 dan 2015, hanya tiga yang selamat.

Dokter merawatnya dengan sejumlah obat antijamur, serta obat percobaan yang disebut miltefosine.

Pertama kali dikembangkan untuk mengobati kanker payudara tetapi juga telah terbukti membunuh amuba dalam percobaan laboratorium.

5. Ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk menurunkan risiko infeksi

Para peneliti tidak tahu bagaimana menyingkirkan Naegleria fowleri alami di danau, sungai, dan sumber air tawar lainnya.

Jadi, orang yang berenang di air tawar yang hangat harus berasumsi bahwa ada risiko infeksi yang rendah, kata CDC.

Baca Juga: Pria Ini Nekat Membelah Gunung Tak Terima Sang Istri Meninggal Karena Akses Rumah Sakit Jauh0

Jika Anda memilih untuk berenang di air tawar yang hangat, Anda dapat mencoba menghindari air naik ke hidung dengan menutup hidung.

Itulah 5 fakta seputar Naegleria Fowleri, amoeba pemakan otak. ***

Editor: Rangga Putra

Sumber: cdc.gov


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah