Devisa Ludes dan Ekonomi Memburuk Landa Sri Lanka

- 15 April 2022, 17:06 WIB
Ilustrasi demo masyarakat Sri Lanka
Ilustrasi demo masyarakat Sri Lanka /Gulfnews/

ZONA SURABAYA RAYA - Saat ini Sri Lanka sedang dilanda krisis gagal membayar utang luar negerinya senilai 51 miliar dollar AS atau Rp732 triliun pada Selasa, 12 April 2022 kemarin.

Pembayaran utang luar negeri tersebut disebut pemerintah sebagai "jalan terakhir" setelah kehabisan devisa untuk mengimpor barang-barang yang sangat dibutuhkan.

Dilansir ZonaSurabayaRaya.com dari Gulf News, Jumat 15 April 2022, negara kepulauan itu bergulat dengan kemerosotan ekonomi terburuknya sejak kemerdekaan, dengan pemadaman listrik yang teratur dan kekurangan makanan dan bahan bakar yang akut.

Obligasi dollar Sri Lanka yang jatuh tempo Juli 2022 turun 1,8 sen terhadap dollar pada Selasa ke rekor terendah baru 46,07 sen. Sementara Rupiah melemah 0,5 persen.

Baca Juga: Enak Banget! Dipaksa Menikahi 3 Pacarnya Pria ini Malah Diberi Mahar Rp43 Juta

Pasar saham negara ditutup minggu ini untuk hari libur umum setelah perdagangan untuk jam yang dipersingkat karena pemadaman listrik harian.

Cadangan devisa Sri Lanka merosot 16 persen menjadi 1,94 miliar dollar AS bulan lalu.

"Pemerintah mengambil tindakan darurat hanya sebagai upaya terakhir untuk mencegah memburuknya posisi keuangan republik lebih lanjut," sebut pemerintah setempat.

Pemerintah akan melakukan pembayaran bunga 36 juta dollar AS pada obligasi dolar 2023 pada 18 April, serta 42,2 juta dollar AS pada catatan 2028, yang diambil dari data yang dikumpulkan Bloomberg. Sementara obligasi negara senilai 1 miliar dollar AS akan jatuh tempo pada 25 Juli.

Krisis itu sendiri telah menyebabkan kesengsaraan yang meluas bagi 22 juta orang Sri Lanka dan menyebabkan protes anti-pemerintah selama berminggu-minggu.

Baca Juga: Biskuit Sultan Seharga Rp330 Juta Dibeli Kolektor Melalui Lelang

Sri Lanka telah meminta keringanan utang dari India dan China, tetapi kedua negara malah menawarkan lebih banyak jalur kredit untuk membeli komoditas dari mereka.

Lembaga pemeringkat internasional telah menurunkan peringkat Sri Lanka tahun lalu, secara efektif menghalangi negara tersebut mengakses pasar modal asing untuk meningkatkan pinjaman yang sangat dibutuhkan untuk membiayai impor.***

Editor: Timothy Lie

Sumber: gulfnews.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x