Bahan-bahan tersebut lantas dibentuk menjadi anyaman yang berfungsi sebagai rangka. Setelahnya rangka ogoh-ogoh tersebut dibungkus menggunakan gabus atau stereofoam.
Tahapan terakhir pembuatan ogoh-ogoh lalu dicat.
Makna Pawai Ogoh-Ogoh
Pawai Ogoh-Ogoh menyimpan makna tersendiri. Lebih dalam lagi, pawai Ogoh-Ogoh merupakan penggambaran dari sifat negative manusia. Pawai Ogoh-Ogoh lantas diarak keliling desa atau dapat juga dipentaskan.
Dalam proses pawai tersebut orang-orang yang terlibat didalamnya umumnya memikul Ogoh-Ogoh sembari meminum arak.
Hal tersebut menjadi penggambaran buruk sifat manusia.
Setelah dipikul untuk diarak keliling desa pawai diakhiri dengan pembakaran Ogoh-Ogoh sampai tak bersisa. Pawai Ogoh-Ogoh umumnya diadakan dari sore sampai dengan malam hari.
Filosofi dari pawai Ogoh-Ogoh itu sendiri adalah sebagai upaya manusia untuk menjaga kelestarian alam dan sumber daya yang tersedia di dalamnya.
Sebagai tambahan informasi selain digambarkan sebagai Bhuta Kala, Ogoh-ogoh kerap kali juga mengilustrasikan mahluk-mahluk yang hidup di Mayapada, Syurga, dan Naraka.***