Wali Kota Surabaya mengatakan, ketika perguruan tinggi hadir di tengah pemerintah, dengan memberikan sumbangsihnya kepada masyarakat melalui semangat mahasiswanya, maka akan menyelesaikan permasalahan tersebut.
Baca Juga: Imbauan Ketua TP PKK Kepada Orang Tua Agar Rajin Bawa Balita ke Posyandu Guna Deteksi Dini Stunting
Tak hanya itu, Wali Kota Surabaya juga mengucapkan terima kasih kepada para Guru Besar UNAIR yang hadir di dalam Gedung ASEEC, karena menurut orang nomor satu di Surabaya tersebut, tanpa adanya bantuan para guru besar, maka stunting di Kota Surabaya tak akan bisa turun drastis seperti saat ini.
Berdasarkan data yang disebutkan, pada 2021 prevalensi stunting di Kota Surabaya mencapai 28,9 persen, atau sebanyak 6.722 kasus, kemudian menurun signifikan pada tahun 2022 menjadi 4,8 persen, atau 923 kasus.
Namun tak berhenti di situ, jajaran Pemkot Surabaya bersama Forkopimda, perguruan tinggi, dan stakeholder terus berjuang mengentaskan stunting.
Hingga pada akhirnya diakhir September 2023 lalu stunting di Kota Surabaya terus menurun hingga menjadi 529 kasus.
Baca Juga: Ketua TP PKK Surabaya Rini Indriyani Resmikan Dapur Ceria demi Mengatasi Stunting dan Kemiskinan
Eri Cahyadi mengungkapkan, dengan adanya campur tangan dingin dari rektor dan para guru besar, serta perguruan tinggi yang ada di Surabaya, menjadikan 4,8 persen, atau stunting Kota Surabaya terendah di Indonesia.
Ini menunjukkan apa? Sebut Eri Cahyadi, bahwa pemerintah kota tidak pernah sendiri.
Maka dari itu Wali Kota Surabaya optimis, para mahasiswa yang digerakkan bersama tersebut bisa mewujudkan Surabaya zero stunting.