Selama dua hari, masyarakat yang dibantu oleh Kader Surabaya Hebat melakukan traping (jebakan) tikus. Oleh tim dari BBTKL-PP dan Dinkes Kota Surabaya, tikus hasil penjebakan ini kemudian dilakukan identifikasi berupa pengukuran dan penimbangan, pembedahan tikus untuk diambil ginjal maupun organ lain untuk kemudian diteliti apakah terdapat Leptospira di tubuh tikus tersebut.
Selain Leptospirosis, tikus hasil buruan warga ini juga bisa mengidentifikasi spesies tikus dan habitat perkembangbiakannya, juga bisa menganalisis kepadatan tikus di suatu wilayah/tempat dan mapping kepadatan tikus loh.
Baca Juga: Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi Bikin Dapur Umum di Kecamatan, Loh Buat Apa?
Adanya deteksi dini Leptospirosis ini bertujuan agar tersedia data prevalensi leptospirosis pada tikus, kesadaran warga yang meningkat agar menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas dari binatang pengerat ini dan tidak adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) Leptospirosis di Kota Surabaya.***