Surabaya Duduki Peringkat Pertama Angka Terendah Stunting, Eri Cahyadi Bocorkan Caranya

26 September 2023, 22:30 WIB
Surabaya Duduki Peringkat Pertama Angka Terendah Stunting, Eri Cahyadi Bocorkan Caranya /Pemkot Surabaya

ZONA SURABAYA RAYA - Kota Surabaya berhasil menekan angka stunting, hal itu berkat kerja keras dan kerja nyata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bersama jajaran Pemerintah Kota, Pemkot Surabaya.

Pencapaian tersebut juga tak lepas dari berbagai program yang dijalankan oleh Pemkot Surabaya bersama seluruh stakeholder di Kota Pahlawan.

Mengenai angka stunting, berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia, SSGI 2022, prevalensi stunting di Surabaya tercatat di level 4,8 persen (923 balita).

Berdasarkan data, diketahui pada tahun 2021 masih tercatat sebanyak 28,9 persen (6.722 balita) dan menurun signifikan di akhir tahun 2022 menjadi 4,8 persen (923 balita).

Baca Juga: Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi Tolak Pernikahan Dini di Kota Pahlawan, Alasannya Karena ini

Kemudian pada di tahun 2023, angka kasus stunting terus menurun.

Diketahui bahwa pada awal Januari 2023 angka stunting di Surabaya sebanyak 923 kasus, dan pada awal Februari 2023 sebanyak 872 kasus.

Kemudian di awal Maret 2023 sebanyak 850 kasus, menurun lagi di awal April 2023 sebanyak 805 kasus, kemudian pada awal Mei 2023 sebanyak 760 kasus, awal Juni 2023 sebanyak 712 kasus, awal Juli 2023 sebanyak 653 kasus, menurun lagi di awal Agustus 2023 sebanyak 583 kasus.

Hingga memasuki awal September 2023 angka stunting di Surabaya menurun hingga 533, dan saat ini hingga tanggal 26 September 2023 sebanyak mengalami penurunan hingga tinggal 529 kasus.

Baca Juga: Ketua TP PKK Surabaya Rini Indriyani Resmikan Dapur Ceria demi Mengatasi Stunting dan Kemiskinan

Selain itu, SSGI juga mendata prevalensi stunting secara nasional pada tahun 2022, rata-rata masih berada di level 21 persen, sementara itu berdasarkan bulan penimbangan serentak, prevalensi stunting di Surabaya pada tahun 2022 hanya tinggal 1,22 persen.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengaku bahwa sejak awal diamanahi sebagai wali kota, dirinya memang langsung tancap gas soal stunting.

Dikatakan pula oleh Eri Cahyadi bahwa Presiden Jokowi dan Megawati selalu pesan mengenai pentingnya penanganan stunting.

"Karena ini soal masa depan generasi penerus kita, generasi emas di tahun 2045," kata Eri Cahyadi.

Baca Juga: Imbauan Ketua TP PKK Kepada Orang Tua Agar Rajin Bawa Balita ke Posyandu Guna Deteksi Dini Stunting

"Tahun ini kita terus bergerak karena kita ingin tahun 2023 ini, Surabaya zero stunting,” lanjutnya.

Kemudian orang nomor satu di Kota Surabaya ini juga menceritakan setelah dilantik menjadi Wali Kota Surabaya, ia bersama jajarannya memang fokus menekan angka stunting.

Adapun langkah pertama yang dijalankan yakni dimulai dari pendataan, di mana setiap calon pengantin langsung terdeteksi data kesehatannya.

Eri Cahyadi juga mengungkapkan semua data terintegrasi antara Kantor Kementerian Agama dan Puskesmas.

"Ini penting untuk mempermudah dan mengetahui orang-orang yang memiliki risiko kekurangan gizi," kata Eri Cahyadi.

Sehingga langsung ketahuan, bagaimana lingkar lengan atas dan indeks massa tubuh calon pengantinnya.

Hal ini penting untuk mengetahui apakah ada risiko kekurangan energi kronis atau kekurangan gizi, sehingga ada antisipasi.

Di situlah Pemkot Surabaya melalui Puskesmas yang ada di seluruh Kota Surabaya melakukan intervensi, intervensi tersebut bisa berupa tambahan gizi dan sebagainya.

Selain itu, lanjut Eri Cahyadi, dari sisi pendataan, pihaknya turut mengandalkan gotong royong warga Surabaya, salah satunya melalui aplikasi 'Sayang Warga'.

Dengan aplikasi tersebut para Kader Surabaya Hebat (KSH), RT/RW, dan warga bisa mendata serta melaporkan kondisi balita di sekitarnya.

Berkat kehebatan gotong royong inilah, kata Eri Cahyadi, semua permasalahan terdeteksi dan kita beri solusi, tak hanya stunting namun juga termasuk masalah rumah tidak layak huni, masalah pendidikan, sosial, dan sebagainya.

Bahkan di tingkat RW, lanjut Eri Cahyadi, juga terdapat dapur umum di mana warga gotong royong saling bantu untuk pemberian makanan bagi balita di wilayahnya.

Menurut Eri Cahyadi, penurunan angka stunting itu tak lepas dari 8 aksi konvergensi yang dilakukan Pemkot Surabaya selama ini.

Konvergensi itu dilakukan dengan melakukan pelaksanaan rembuk stunting di tingkat kota, diawali dari kecamatan, kelurahan, puskesmas, PKK, tiga pilar dan peran serta tokoh masyarakat.

Dengan konvergensi tersebut, jelas Eri Cahyadi, tersusun pemecahan masalah yang ditemukan dengan intervensi sensitif mencapai 70 persen dan spesifik 30 persen, sesuai masing-masing wilayah di kelurahan dan kecamatan.

"Alhamdulillah dengan berbagai program itu, angka kasus stunting di Surabaya terus turun dan terendah se-Indonesia,” tutup Eri Cahyadi.***

Editor: Timothy Lie

Sumber: Pemkot Surabaya

Tags

Terkini

Terpopuler