Samekta, Gerakan yang Terinspirasi Perang Ponorogo, Pemuda Surabaya Pelestari Sejarah dan Budaya Indonesia

3 Juni 2022, 04:30 WIB
Deddy Samekta /Zona Surabaya Raya/Babby

ZONA SURABAYA RAYA - Pada suatu hari yang cerah di Kota Surabaya, terdengar seorang pemuda yang penuh semangat bercakap tentang sejarah dan budaya Indonesia.

Dia berbicara santai tentang kegiatan dan harapannya untuk bergerak dan mengambil peran dalam pelestarian sejarah dan budaya Indonesia.

Sebuah ide yang sangat menarik dan penuh greget.

Adalah Deddy Samekta, pemuda yang bersemangat tersebut.

Baca Juga: Meriah! Penonton Padati Gelaran Ketoprak di Balai Budaya Sebagai Peringatan Hari Jadi Kota Surabaya Ke-729

Samekta sendiri adalah sebuah wadah kreatif yang di prakarsainya. Arek Suroboyo yang baru berusia 20 tahun ini mengaku mendirikan Samekta yang terinspirasi dari perang Ponorogo.

Dalam kisah perang ini diceritakan, Patih Tambak Boyo yang dendam kepada Adipati Suradiningrat karena keinginannya melamar anak Adipati di tolak, mencari jalan untuk mencelakai Adipati Suradiningrat.

Baca Juga: Komunitas RA Surabaya Rangkul Anak Kampung 1001 Malam Surabaya

Saat Pangeran Arya Mangkunegara dari Surakarta datang ke Ponorogo untuk meninjau keadaan.

Adipati Surodiningrat mempersiapkan diri menyambut. Beliau menyuruh Patih Tambakboyo menulis surat yang jika diterjemahkan berbunyi:

‘Kedatangan anda (Pangeran Mangkunegara) kami terima dengan tangan terbuka dan kami sudah mempersiapkan penyambutan sebaik baiknya.’

Patih Tambakboyo merubah isi surat pada bagian paling akhir yang berbunyi

‘SAMPUN SAMEKTO SEDOYO (sudah mempersiapkan semuanya) dengan kata sampun SAMEKTA ING NGAYUDA (kami sudah siap berperang melawan anda) sehingga surat tersebut berganti makna menjadi “kedatangan anda (Pangeran Mangkunegara) kami terima dengan tangan terbuka, dan kami sudah siap berperang melawan anda”.

Melihat surat tersebut Pangeran Mangkunegara sangat murka. Gong tanda perang ditabuh.

Adipati Surodiningrat tidak menyadari yang terjadi. Mendengar suara gong, kuda Adipati Surodiningrat nalurinya bangkit lalu maju dengan kecepatan tinggi.

Pasukan Mangkunegara mengira Adipati Surodiningrat maju menyerbu lalu menombak dada Adipati hingga luka parah.

Dari kisah itulah, Deddy yang terkesan menambatkan nama SAMEKTA untuk project one man-nya ini.

“Bisa dibilang Samekta adalah bersiap, bersedia, yang diambil dari bahasa sansekerta, dan kata-kata ini cocok buat aku yang bisa dibilang bekerja secara underground, baik dalam musik, dan lain-lainnya," jelasnya pada Zona Surabaya Raya saat ditemui setelah acara Samekta Obah yang diadakannya di Warung Mbah Cokro (Indonesia Masih Ada), baeu-baru ini.

"Bersiap melawan ego, kemalasan, dan hal-hal eksternal lainnya yang menghambat kita dalam berkarya,” sambungnya.

Samekta yang berdiri sejak 2019, sudah memiliki 3 sub yang sudah berjalan dengan baik selama ini.

Yang pertama yaitu, Samekta Fest yang fokus pada musik.

Deddy berharap, dengan adanya Samekta Fest, semua orang yang tertarik pada musik, akan memiliki wadah untuk meluapkan karyanya.

“Saya ini anti gratisan untuk masuk event musik, ketika ada event gitu, meski saya tidak bisa membantu banyak setidaknya saya support lewat beli tiket, meski bisa saja dapat gratisan, tapi saya nggak mau, karena itu cara saya menghargai teman-teman yang berkarya dan sedang mengadakan event,” ucapnya.

Kemudian yang kedua ada Samekta Obah yang dikemas sebagai ajang sarasehan dan diskusi tentang budaya dan sejarah.

Namun tidak terbatas sampai disitu saja, nantinya akan ada film dokumenter dan pameran-pameran sejarah dan budaya lainnya.

Deddy berharap, Samekta Obah akan menjadi sumber untuk mereka yang awam sejarah dan budaya untuk belajar.

“Dulu saya tuh kesulitan belajar sejarah, itu makanya saya buat Samekta Obah, selamanya acara ini nggak akan komersil, karena saya nggak mau memungut biaya untuk belajar sejarah. Kecuali jika ada yang menyumbang, saya tidak menutup kemungkinan tersebut," tutur Deddy.

Ini mungkin ego saya, tapi saya nggak mau teman-teman merasakan kesulitan seperti saya untuk belajar sejarah,” jelasnya.

Lalu yang ketiga ada Samekta Blusukan, dengan agenda sambang kawasan, bersih-bersih situs dan mengundang kesenian lokal.

Bisa dibilang, Samekta Blusuka adalah program penjelajahan ke tempat-tempat yang memiliki nilai budaya dengan tujuan agar anak-anak muda tetap mengenal budaya nusantaranya di tengah gempuran arus budaya global.

“Saya terinspirasi ziarah Walisongo saat membuat Samekta Blusukan ini. Jadi, jika biasanya orang dan tour travel sudah kenal ziarah Walisongo dan membuat rute Walisongo dalam tour travelnya, saya berharap Samekta Blusukan bisa jadi pembuka untuk ziarah ke situs-situs budaya," sebut Deddy.

"Harapannya akan semakin banyak yang tertarik dengan sejarah dan budaya bangsanya, minim tahu tempatnya dulu, mungkin dari situ mereka semakin senang mempelajari budaya bangsanya,” jelasnya.

Ketika ditanya apakah akan terus menjadi single fighter untuk Samekta? Deddy menjawab dia terbuka kalau ada yang mau bergabung.

“Sementara ini memang masih sendiri, namun jika ada teman-teman yang se-visi, saya akan menerima dengan tangan terbuka,” tutur Deddy.***

Editor: Budi W

Tags

Terkini

Terpopuler