Berkarya dari Hati, Komunitas Disabilitas Surabaya Beri Pesan Penting Lewat Seni

21 Agustus 2021, 18:18 WIB
Kegiatan Komunitas Mata Hati /Zona Surabaya Raya/Dokumentasi Pribadi

ZONA SURABAYA RAYA - Keterbatasan fisik tidak menjadi penghalang bagi komunitas disabilitas di Kota Surabaya, mereka terus berkarya melawan keterbatasan dengan berkarya dari hati lewat dunia seni.

Seperti Komunitas Mata Hati yang berlokasi di Jalan Rungkut Asri Kota Surabaya, hampir setiap harinya para penyandang disabilitas berkumpul untuk berlatih alat musik, maupun berlatih tari dan drama bersama.

Rutinitas kegiatan yang dilakukan oleh para penyandang disabilitas adalah kegiatan sehari-hari yang dituntut oleh para relawan Komunitas Mata Hati untuk mandiri. Seperti, memasak, makan, belajar, dan berinteraksi dengan banyak orang.

Baca Juga: Dua Tahun Pandemi Covid-19, Limbah Masker di Kota Surabaya Capai 863 Kg dalam Sebulan

Komunitas Mata Hati saat berkumpul bersama Dokumentasi Pribadi

Salah satu relawan Komunitas Mata Hati, Dian Ika Riani mengatakan, bahwa konsep mengasihani para penyandang disabilitas harus mulai dihindari. Hal ini berakibat buruk dan menyebabkan para penyandang disabilitas menjadi tidak menghargai.

“Prinsipnya hidup mereka tidak hanya di sekitar teman-teman difabel saja, tapi juga membaur bersama masyarakat lainnya. Kita harus melihat mereka dari sisi yang lain, artinya memang mereka difabel yang memiliki perbedaan kemampuan, bukan ketidakmampuan,” ucap Dian Ika saat ditemui, Sabtu, 21 Agustus 2021.

Selain itu, Dian Ika juga menerangkan, bahwa penyandang disabilitas atau difabel seperti tunanetra juga tidak melulu beraktifitas sebagai tukang pijit, melainkan juga kegiatan lainnya, seperti konter kreator.

Baca Juga: Kabar Bagus, Tahun Depan Covid-19 Melandai

“Sebetulnya mereka ini sudah melek teknologi. Untuk tunanetra misalnya, mereka sudah paham dengan IT friendly. Tunanetra melalui teknologi handphonenya mereka sudah bisa mandiri, dengan screen reader yaitu membaca apapun yang ada di layar,” terangnya.

Kemudian untuk tunarungu, Dian Ika mengatakan, bahwa kecanggihan teknologi juga bisa membuat mereka berkomunikasi dengan mudah, sama halnya dengan tunadaksa yang juga dimudahkan dengan alat bantu.

“Tunarungu juga bisa video call bisa text juga, ada fitur enkripsi ya mengubah suara menjadi teks. Teman-teman daksa kan sudah ada tongkat atau kaki palsu atau lainnya, mereka sudah kita anggap tidak memiliki dis (disabilitas,red) tapi sudah able (mampu), melalui teknologi,” jelasnya.

Baca Juga: Sastrawan Budi Darma Tutup Usia, Unesa Beri Kenangan Puisi

Dari kemampuan ini lah, Dian Ika bersama relawan yang lainnya membantu untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang edukasi dan pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh para penyandang disabilitas lewat dunia seni.

“Kita butuh untuk menyuarakan ini. Sosialisasi difabel ini harus terus-terusan, kami menyuarakan itu dengan berbagai bentuk, tapi karena kita di seni, jadi kita mengarahkan melalui musik, tari, dan drama untuk menyampaikan pesan,” tandasnya.***

Editor: Ali Mahfud

Tags

Terkini

Terpopuler