Mengenal El Nino, Fenomena yang Mengancam Indonesia dan Cara Pengurangan Dampaknya

- 1 Agustus 2023, 19:00 WIB
Ilustrasi. BMKG memprediksi puncak El Nino yang berdampak pada ketersediaan air bersih dan kekeringan di bulan Agustus-September.
Ilustrasi. BMKG memprediksi puncak El Nino yang berdampak pada ketersediaan air bersih dan kekeringan di bulan Agustus-September. /pixabay/

ZONA SURABAYA RAYA - Tahukah kamu, jika musim kemarau 2023 ini lebih kering dibandingkan 3 tahun sebelumnya, hal ini terjadi karena adanya fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang terjadi di samudra.

Fenomena ini berpotensi mengganggu ketahanan pangan nasional karena adanya ancaman gagal panen pada lahan pertanian tadah hujan.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan BMKG, indeks El Nino pada Juli ini mencapai level moderate, sementara IOD sudah memasuki level index yang positif.

Fenomena El Nino dan IOD Positif saling menguatkan sehingga membuat musim kemarau 2023 menjadi lebih kering dan curah hujan pada kategori rendah hingga sangat rendah.

Baca Juga: Usai Suhu Panas, Badai El Nino juga Ancam Indonesia pada Agustus 2023, Luhut Pandjaitan Beri Peringatan Dini

Puncak kemarau kering 2023 diprediksi akan terjadi pada Agustus hingga awal September dengan kondisi akan jauh lebih kering dibandingkan tahun 2020, 2021, dan 2022.

Sepanjang musim kemarau ini, sektor pertanian akan dapat terdampak, terutama lahan pertanian tadah hujan yang masih menggunakan sistem pertanian tradisional.

Selain itu, kondisi kekeringan ini juga dapat berujung kepada bencana kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang jika tidak terkendali, dan dapat menimbulkan krisis kabut asap yang berdampak pada kualitas lingkungan, ekonomi, sosial, hingga kesehatan masyarakat.

Halaman:

Editor: Timothy Lie

Sumber: BMKG


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x