Igun Hibahkan Bonekanya, Psikolog: Boneka bisa Jadi Media Pemulihan Mental

- 10 Januari 2022, 11:15 WIB
Ivan Gunawan dengan bayi-bayinya yang digadang-gadang netizen sebagai boneka arwah atau spirit doll. /Instagram
Ivan Gunawan dengan bayi-bayinya yang digadang-gadang netizen sebagai boneka arwah atau spirit doll. /Instagram /
ZONA SURABAYA RAYA - Setelah viral dan menuai kontroversi di kalangan netizen, presenter Ivan Gunawan akhirnya memutuskan memberikan dua boneka arwah atau spirit doll miliknya ke orang lain.
 
Dikutip dari PikiranRakyat-Bekasi, Igun-sapaan akrabnya, memilih menghibahkan bonekanya setelah kegiatannya menjadi viral dan ditirukan sejumlah netizen. 
 
Dia enggan menjadi sorotan setelah tindakannya merawat dua boneka bayi layaknya anak sebenarnya yang hidup.  Ternyata, tindakan itu juga menuai polemik masyarakat. Padahal, kegiatannya itu hanya sebagai hobi pribadinya, tanpa ada maksud negatif atau mistis lainnya.
 
Ivan Gunawan juga tak ingin membocorkan siapa orang yang mendapat boneka pemberian darinya. "Alhamdulillah, sudah saya kasih ke orang. Gue udah gak piara lagi," ujar Ivan Gunawan.
 
 
Terpisah, Psikolog Universitas Airlangga (Unair) Prof. Dr. Nurul Hartini mengungkapkan, boneka atau spirit doll sebenarnya dapat menjadi strategi pemulihan mental bagi sebagian orang.
 
Nurul mencontohkan, ketika seseorang pernah kehilangan anaknya, maka boneka dapat menjadi terapi psikologis bagi mereka.
 
"Boneka ini secara psikologis bisa menjadi sarana penyegaran pikiran bagi individu selama tidak berlebihan dan harus tetap di bawah pendampingan dari psikolog atau psikiater,” ungkap Nurul kepada Zona Surabaya Raya.
 
Namun, terlepas dari manfaat tersebut, sejatinya boneka hanyalah benda mati. Mereka hanya menjadi perangkat yang tidak memiliki hal-hal khusus, kecuali hanya pengaruh dari perlakuan sang pemilik. 
 
 
"Ketika kita memperlakukan boneka secara spesial, maka kita harus mencari tahu alasannya. Apabila hanya mengarahkan kepada perilaku negatif yang melampaui batas kewajaran, maka harus segera dihentikan agar tidak terjebak pada situasi yang kurang sehat, baik secara psikologis maupun mental," urai dia.
 
Sebagai orang terdekat dengan individu yang berperilaku di luar batas tersebut, tentu kita memiliki kewajiban untuk membantu mereka. "Jika alasan mereka tidak menunjukan kewajaran, maka kita dapat membantu mengarahkan mereka untuk datang ke psikolog atau psikiater," tegasnya. ***

Editor: Julian Romadhon


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x