Dikutip dari laman laudini.id, Kiai Miftachul Akhyar merupakan putra pertama dari tiga bersaudara dari KH Abdul Ghoni, seorang pengasuh Pondok Pesantren Tahsinul Akhlaq, Rangkah, Surabaya.
Ayah Kiai Miftachul Akhyar merupakan karib KH. M Usman al-Ishaqi Sawahpulo saat sama-sama nyantri kepada KH Romli di Rejoso, Jombang.
Kyai Miftah tercatat pernah nyantri di beberapa pesantren ternama. Seperti Pondok Pesantren Tambak Beras, Jomban dan Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan.
Lalu Pondok Pesantren Al-Anwar Lasem, Sarang, Jawa Tengah. Ia juga mengikuti Majelis Ta'lim Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Makki Al- Maliki di Malang, tepatnya ketika Sayyid Muhammad masih mengajar di Indonesia.
Baca Juga: Merindukan Habib Rizieq Shihab, Anisa Bahar : Bukan Berarti Ingin Makar
Dikutip dari laman PWNU Jatim, setelah lama mendalami ilmu agama, Kiai Miftachul Achyar pun mengikuti jejak ayahnya dengan mendirikan Pesantren Miftachus Sunnah di kawasan Tambak Sari, Surabaya pada tahun 1982.
Semula, Kiai Miftachul Achyar hanya menggelar pengajian di rumahnya untuk masyarakat sekitar. Setelah banyak santri datang dari berbagai daerah, Kiai Miftachul Achyar kemudian mendirikan Pesantren Miftachus Sunnah.
Keputusan Kiai Miftachul untuk mendirikan pesantren di kediaman peninggalan kakeknya itu juga didasari alasan khusus. Tempat pesantren itu berdiri, yakni kampung Kedung Tarukan, sebelumnya lama dikenal sebagai kawasan yang tidak ramah dengan dakwah ulama.
Di Nahdlatul Ulama, Kiai Miftachul Achyar juga menjalani karier organisasi cukup panjang. Ia pun memegang sejumlah posisi penting di Ormas Islam terbesar di Indonesia tersebut, sejak dari tingkat pengurus cabang.