Ketergantungan Bahan Baku Impor, KPPU Masih Temukan Kelangkaan Obat Terapi Covid-19 di Sejumlah Daerah

- 31 Juli 2021, 08:10 WIB
Ilustrasi obat terapi Covid-19.*
Ilustrasi obat terapi Covid-19.* //Unplash/Volodymyr Hryshchenko/

ZONA SURABAYA RAYA -Pemerintah di Indonesia tak tanggung-tanggung untuk menangani pandemi Covid-19 di Indonesia, dari pencegahan hingga tingkat kriminalitas yang memanfaatkan pandemi.

Banyaknya oknum-oknum yang memanfaatkan pandemi menjadi ladang bisnis.

Tak sedikit oknum melakukan hal tersebut, hal tersebut sering dijumpai di lapangan.

Seperti yang dialami Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang masih menemukan kelangkaan obat terapi COVID-19, oksigen serta tabung oksigen di sejumlah daerah di Indonesia.

Komisioner KPPU Ukay Karyadi dalam konferensi pers virtual di Jakarta mengatakan, bahwa kami menemukan barang-barang tersebut langka di pasaran sehingga harganya melambung.

Baca Juga: KPPU Pantau Obat yang Esensial Terhadap Covid-19

”Namun, sepanjang perjalanan, kami terus melakukan monitoring ternyata masih ditemukan hal-hal seperti di awal, masih langka, harga mahal," katanya, Jumat 30 Juli 2021..

KPPU telah meminta keterangan sejumlah pihak termasuk regulator, produsen obat, produsen gas (terkait oksigen), distributor, rumah sakit dan apotek untuk memantau harga dan pasokan obat terapi COVID-19 sejak pemberlakuan PPKM Darurat awal Juli lalu.

Berdasarkan hasil pemantauan, ditemukan bahwa masih terdapat obat yang dijual di atas HET (Harga Eceran Tertinggi), kelangkaan pasokan obat dan oksigen terutama di wilayah Sumatera Bagian Selatan, Jawa dan Bali hingga ke sejumlah wilayah Indonesia Timur.

Sementara, Direktur Ekonomi KPPU Zulfirmansyah dalam kesempatan yang sama, menjelaskan kelangkaan obat terapi COVID-19 di wilayah Kalimantan, Sulawesi serta kawasan Indonesia timur disebabkan akibat distribusi yang terhambat atau karena jauhnya dari sentra produksi gas (oksigen).

Baca Juga: KPPU Soroti Praktik Monopoli melalui Relaksasi Penegakan Hukum Persaingan Usaha

Ia juga mencatat ada ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan terutama di daerah dengan kasus aktif yang tinggi seperti wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

"Kelangkaan obat di apotek juga diduga diakibatkan Pedagang Besar Farmasi (PBF) lebih mengutamakan pasokan ke rumah sakit karena rumah sakit banyak menangani gejala berat. Tapi ini membuat yang isoman tidak bisa mengakses rumah sakit dan klinik yang juga butuh obat," katanya.

Zulfirmansyah menilai tingginya masyarakat Indonesia ketergantungan pada bahan baku impor membuat produksi obat dalam negeri terhambat.***

Editor: Julian Romadhon


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah