Mengenal Cancel Culture, Pola Perilaku Negatif Netizen Bermedia Sosial

- 20 Februari 2022, 21:50 WIB
Mengenal Cancel Culture, Pola Perilaku Negatif Netizen Bermedia Sosial
Mengenal Cancel Culture, Pola Perilaku Negatif Netizen Bermedia Sosial /Unsplash/dimitri-karastelev

meds

ZONA SURABAYA RAYA - Cancel culture semakin terlihat menjadi pola perilaku atau kebiasaan netizen dalam beraktivitas media sosial.

Cancel Culture sendiri merupakan bentuk ketidaksukaan yang umumnya diutarakan demi menghilangkan pelaku yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku. Perilaku ini cenderung menghakimi atau mengucilkan sehingga membuat si pelaku terhukum secara tidak adil.

Namun semakin kesini, cancel culture tidak hanya digunakan untuk menghilangkan perilaku yang melawan norma, namun juga sebagai pelampiasan netizen dalam bermedia sosial.

Pakar komunikasi asal Universitas Airlangga, Nisa Kurnia Illahiati berpendapat bahwa perilaku ini dapat menjadi pola perilaku pada pengguna media sosial di Indonesia.

Baca Juga: PTM di Surabaya Dibatasi Jadi 25 Persen dengan Prokes Ketat, Ini Penjelasan Wali Kota Eri Cahyadi

Padahal, belum tentu jelas bahwa objek yang dijadikan sasaran benar-benar seperti yang disangkakan.

“Netizen memiliki kecenderungan untuk terburu-buru mengakses kekuasaan untuk memutuskan seseorang bersalah atau tidak, tanpa terlebih dahulu mengecek kebenarannya seperti apa. Saya lihat makin kesini menjadi salah satu behavioral pattern atau pola pembiasaan dari netizen Indonesia,” ujar Nisa, Minggu 20 Februari 2022.

Nisa mengamati, hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya literasi dari netizen. Kondisi ini disertai oleh nafsu ingin menghakimi oleh warganet.

"Ada Lack of literacy, akhirnya menyebabkan seseorang menutup diri dari realitas yang sebenarnya bisa dicari. Mereka akan langsung menghakimi seseorang,” paparnya.

Baca Juga: Persebaya Surabaya Siapkan Mental Hadapi Arema FC

Selain itu, lanjut dia, netizen melihat ada standar ganda terhadap diri sendiri, ini juga jadi faktor yang dapat memengaruhi budaya ini.

“Perilaku dari seorang public figure, bila dilakukan oleh netizen akan menimbulkan perlakuan yang berbeda,” jelas dosen bidang keahlian Studi Media tersebut.

Faktor lainnya, media sosial kerap digunakan sebagai media pelarian penggunanya dari dunia nyata yang tidak sesuai yang mereka inginkan. Oleh karenanya, sering ditemui netizen begitu mudah menuangkan komentar kebencian di media sosial.

"Meskipun bebas, namun hate comment merupakan hal yang tidak dapat dibenarkan. Karena saat kita melakukan cancel pada seseorang, kita mungkin tidak memikirkan dampak yang bakal terjadi pada orang tersebut,”urainya.

Baca Juga: VAKSIN BOOSTER 12.000 Dosis di Mall Ciputra World Surabaya, Senin-Sabtu 21-26 Februari 2022, Daftar Online

Nah, apabila netizen mampu menerka dampak yang ditimbulkan, warganet tetap disarankan untuk tetap bijak dalam menuangkan pesan dalam media sosial. Netizen juga harus cek dan verifikasi sebuah kebenaran yang terjadi.

“Sebelum menghakimi atau melakukan cancel pada seseorang, kita harus mengonfirmasi dan memberikan hak jawab pada orang tersebut. Sebagai netizen, kita mungkin tidak memiliki hak untuk cancel dia, karena tidak benar-benar tahu apa yang terjadi,” ujarnya. ***

Editor: Ali Mahfud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah