Workshop Pedalangan: Penghubung Dunia Nyata dan Dunia Maya

- 22 Maret 2024, 11:23 WIB
Ki Seno Aji dalang asal Jombang menunjukan aksi permainan wayang kulitnya dengan lakon Ampak - Ampak Pringgondani
Ki Seno Aji dalang asal Jombang menunjukan aksi permainan wayang kulitnya dengan lakon Ampak - Ampak Pringgondani /Zona Surabaya Raya/Budi W

ZONA SURABAYA RAYA - Dalam sejarah panjang kehidupan sosial budaya manusia, peran dalang telah melintasi berbagai zaman, dari Zaman Prasejarah hingga era digital saat ini. Dalang bukan hanya seorang seniman multitalenta, tetapi juga seorang budayawan dan ahli spiritual yang mampu menghubungkan antara dunia nyata dan dunia maya. Di masa lalu, dalang menghadapi dunia maya roh, sementara di zaman sekarang, dunia maya yang dihadapi adalah internet.

Selama Zaman Prasejarah hingga Zaman Orde Lama, dalang selalu memainkan peran yang positif dalam kehidupan masyarakat. Mereka berperan sebagai syaman, guru masyarakat, seniman, dan budayawan. Namun, pada Zaman Orde Baru, peran dalang sering dimanfaatkan oleh pemerintah dan elit politik untuk menyampaikan misi-misi tertentu. Sejak Zaman Reformasi hingga kini, dalang dituntut untuk kembali mengambil peran sebagai seniman yang berwawasan luas, kreatif, dan inovatif, agar bisa diterima oleh generasi milenial yang mulai menjauh dari tradisi.

Kepala Disbudpar Jaawa Timur Evy Afianasari, mengatakan, dalam menghadapi lajunya era digital, para pelaku seni tradisi, termasuk dalang, harus memiliki pemahaman dan kesiapan yang cukup. Kreativitas, inovasi, dan kolaborasi menjadi kunci kesuksesan dalam menghadapi kemajuan zaman.

Baca Juga: Layar Panjang Tiga Dalang Usung Cerita Polemik Pemilihan Pemimpin

"Namun, sebagian besar dalang, terutama yang berusia di atas 50 tahun dan tinggal di pedesaan, masih buta teknologi. Untuk itu, dibutuhkan upaya untuk memberikan pelatihan dan bantuan teknologi kepada mereka" lanjutnya.

"Meskipun demikian, ada sebagian kecil dalang muda yang kreatif dan inovatif yang mampu menangkap sinyal Revolusi Industri 4.0. Mereka mulai mempublikasikan pergelaran wayangnya melalui internet, seperti situs web berbagi video atau YouTube, serta berbagi pengetahuan dan keterampilan teknik pakeliran di media web" katanya, Surabaya, Jawa Timur, Jumat, 22 Maret 2024.

"Hal ini tidak hanya untuk meraih popularitas, tetapi juga untuk mengenalkan wayang kepada generasi milenial yang lebih akrab dengan dunia maya" ujarnya.

Menyikapi hal tersebut, Taman Budaya Provinsi Jawa Timur akan menyelenggarakan kegiatan Workshop Pedalangan dengan tema "Progres Pedalangan dalam Era Digitalisasi Tahun 2024", bekerjasama dengan PEPADI Jatim. Acara akan dilaksanakan di Pendapa Jayengrana Taman Budaya Jatim pada tanggal 25 hingga 26 Maret 2024, bertindak sebagai narasumber adalah:

  1. 1. Sinarto, S.Kar., MM. (Ketua PEPADI Jatim) dengan makalah berjudul: "Mengenal Perilaku Konsumen".
  2. Ki Jlitheng Suparman, seorang dalang nyentrik dari Surakarta yang biasa mendalang "Wayang Kampung Sebelah", akan membahas materi "Mengenal Video Reels Dan Video On Demand, Wahana Dalang Mengembangkan Ekspresi Di Media Digital".

Para pihak yang terlibat mengharapkan dukungan media untuk mempublikasikan kegiatan ini. Semoga upaya ini dapat memperkuat dan memajukan seni tradisi dalam menghadapi tantangan zaman.***

Editor: Budi W


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x