Cerita Pilu Tragedi Paiton 2003, Jurnalis TV: Siswa Terbakar Memeluk Gurunya

- 17 Juni 2022, 17:55 WIB
Jurnalis Televisi, Dandi Arie Gafur. /Zona Surabaya Raya /Foto From Dandi
Jurnalis Televisi, Dandi Arie Gafur. /Zona Surabaya Raya /Foto From Dandi /

ZONA SURABAYA RAYA - Tragedi Paiton Kabupaten Probolinggo dengan perbatasan Kecamatan Banyuglugur Kabupaten Situbondo masih tidak bisa dilupakan oleh seorang jurnalis televisi.

Meskipun tragedi itu terjadi pada tahun 2003, namun tragedi itu menewaskan 54 orang terbakar di dalam bus wisata.

54 orang siswa dan guru itu tewas terbakar didalam bus akibat kecelakaan, sepulang berwisata di pulau Bali.

Salah satu jurnalis televisi, Dandi Arie Gafur mengatakan pada Zona Surabaya Raya (Pikiran Rakyat Media Network), saat itu pihaknya sedang beristirahat dirumahnya di Kota Probolinggo.

Baca Juga: Dapat Cobaan Bertubi-tubi, Ada Apa dengan Ruben Onsu? Hasil Terawangan Paranormal ini Bikin Kaget

Namun, pada saat itu handphonenya berbunyi dan mendapat informasi kalau telah terjadi kecelakaan di Perbatasan Probolinggo-Situbondo yang menewaskan 54 orang.

Sontak Dandi bergegas menuju lokasi yang jaraknya sekitar 45 KM dari rumahnya di Kota Probolinggo.

Namun, sebelum sampai dilokasi, Dandi menceritakan kalau bau mayat terbakar sudah menyengat tercium dengan jarak 1 KM.

Sehingga, jurnalis kelahiran 1973 ini langsung merekam tragedi itu dengan handycam yang dibawanya.

Baca Juga: Ridwan Kamil Berbahagia, Anak Keduanya Wisuda, Warganet Malah Ngantri Jadi Calon Suami Zara: Kamu Gak Lulus

Di lokasi, sudah banyak Polisi dan warga yang melakukan evakuasi 54 orang siswa dan guru yang terbakar di dalam bus wisata nahas itu.

"Seingat saya, banyak Mobil ambulans berdatangan hingga membuat kondisi jalan raya pada saat itu macetnya sungguh luar biasa,"paparnya, Jum'at 17 Juni 2022.

Dandi yang saat ini sudah tinggal di Jember mengatakan, setelah melakukan pengambilan gambar video dilokasi, pihaknya masih menunju ke rumah sakit di Situbondo.

Baca Juga: BNNP Jatim Musnahkan Sabu dan Ganja 16.868 Gram

Sebab, para korban terbakar didalam bus wisata itu dievakuasi ke rumah sakit di Kabupaten Situbondo.

"Tahun 2003, saya masih bekerja sebagai kamera untuk koresponden RCTI di Wilayah eks karesidenan Besuki meliputi 4 kabupaten termasuk Kabupaten Situbondo," tegasnya.

Dirumah sakit itu, Dandi mendapati ada salah satu jenazah yang memeluk seorang guru dengan erat.

Baca Juga: Buntut dari Tragedi Parodi Tri Suaka Diancam Denda Royalti Rp1 Miliar

Jenazah yang memeluk seorang guru itu dalam keadaan tebakar dan tanpa kepala.

"Itu yang masih tidak hilang di benak saya hingga saat ini. Saya menangis waktu itu dilokasi rumah sakit sambil merekam peristiwa itu," tegasnya.

Selain itu Dandi mengatakan, pada saat peristiwa itu pihaknya pulang pergi ke Situbondo dan Surabaya.

"Karena waktu itu proses pengiriman gambar menggunakan kaset. Tidak secanggih sekarang ini," ungkap dia.

Baca Juga: 5 Shio Ini Bisa Kaya Raya di Bulan Juni 2022 , Ramalan Shio Seri 1: Gaji Naik hingga Banjir Order Bisnis

Yang paling berkesan lagi jelas Dandi, ketika 54 korban akan dipulangkan kerumah duka di Jogjakarta.

Para warga Situbondo kata Dandi turut mengantarkan para korban dengan kalimat tauhid.

"Jadi warga Situbondo itu dari rumah sakit hingga keluar Kota Situbondo mengucapakan Lailahaillah (Kalimat Tauhid) itu," ceritanya.

Dan itu jelasnya, dilakukan oleh warga Situbondo sekitar 3 Kilometer dari rumah sakit.

Baca Juga: Mendapati Firasat Kematian? Ustadz Adi Hidayat Minta Kamu segera Lakukan Ini sebelum Terlambat!

"Jadi 54 mobil ambulans itu berjejer dan warga Situbondo keluar semuanya untuk mengiringi kepergiannya ke rumah duka," ujar Dandi.

Selama menjadi jurnalis sebutnya, hanya tragedi Paiton yang membuat pihaknya tidak bisa menghilangkan memori itu.

"Semoga tidak ada lagi peristiwa seperti itu mas. Itu tragedi yang sangat memilukan," pungkasnya.


Perlu diketahui dalan peristiwa itu disebut sebagai kejadian Paiton. Dikarenakan kecalakaan yang terjadi pada 19 tahun yang lalu itu terjadi di Paiton, Situbondo hingga menyebabkan 54 orang siswa dan guru yang berencana melakukan karya wisata tewas dalam dalam kecelakaan tersebut.

Rombongan itu berasal dari SMK Yapemda 1 Sleman. Kecelakaan itu terjadi ketika mereka sedang berada dalam perjalanan pulang menuju Yogyakarta seusai melakukan Study Tour dan wisata di Bali.

Baca Juga: Tragedi Kapal Titanic, Terungkap Fakta Bahwa Semua Insinyur Meninggal Demi Selamatkan Penumpang

Saat itu, SMK Yapemda 1 Sleman menggunakan 3 bus untuk melakukan kegiatan Study Tour ke Bali. Pada saat itu, sebenarnya bus ketiga yang sering mengalami permasalahan pada busnya.

Diketahui, bus ketiga telah mengalami dua kali pecah kaca dan pernah tersangkut listrik. Namun, tidak ada yang menyangka, justru bus kedua yang mengalami kejadian tragis itu.

Setelah kejadian yang dialami oleh bus kedua, siswa yang berada di bus lainnya tak sadar bahwa bus tersebut pulang tanpa membawa nyawa satupun.

Saat kejadian tersebut ternyata pengemudi bus merupakan supir cadangan. Budi yang saat kejadian mengemudikan bus ternyata hanya menggantikan sopir sebenarnya, Armando.

Sempat beredar kabar bahwa mereka melarikan diri setelah kejadian tersebut. Namun dari pihak perusahaan otobus menyangkal bahwa sopirnya melarikan diri. Mereka justru ikut membantu mengeluarkan penumpang.

Sesaat sebelum kejadian bus ditabrak truk kontainer memotong jalur dari arah berlawanan. Lalu sejurus kemudian dihantam truk tronton dari belakang.

Tangki truk tronton pecah sehingga menyebabkan munculnya percikan api dan akhirnya merembet ke badan bus.

Kebakaran begitu cepat terjadi, ditengarai karena adanya bahan-bahan yang mudah terbakar di dalam bus, seperti tas dan karpet yang ditaruh di kursi. Korban tewas banyak ditemukan di bagian belakang bus di dekat pintu.

Baca Juga: Video Tragedi Viral! Tebing Runtuh di Brazil Timpa 3 Kapal Wisatawan, Total 58 Korban, ini Penyebabnya

Para saksi menduga para penumpang berusaha ke luar dari sana tapi pintu tersebut justru tak dapat dibuka.

Di dalam bus juga tak dilengkapi alat pemecah kaca sehingga penumpang tak dapat menyelamatkan diri ketika bus terbakar.

Sopir bisa selamat setelah melompat dari bus sedangkan kernetnya memecah kaca bagian depan.

Saat bus itu terbakar, warga di sekitar lokasi melihat adanya kobaran api dan letupan-letupan kecil.

Petugas pemadam kebakaran juga datang untuk membantu memadamkan api. Banyaknya jumlah korban meninggal memaksa pihak RSUD Situbondo untuk mengawetkan jenazah menggunakan balok es.

Jenazah juga hanya ditempatkan di lorong karena ruang kamar mayat tidak terlalu besar.

Kebanyakan jenazah mengalami luka bakar serius. Ada bagian tubuh yang hilang dan beberapa sulit dikenali.

Setelah bus yang membawa 54 penumpang itu terbakar, beberapa warung yang ada di dekat lokasi memilih tutup karena ngeri.

Tempat terjadinya kecelakaan adalah sebuah jalan yang cukup tinggi ada di Perbatasan Probolinggo-Situbondo dan kiri dan kanannya berupa bukit dan tanaman liar.***

Editor: Timothy Lie


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah