“Jadi gejala awal adalah panas, lemah, lesu sekali dan semuanya menurun. Biasanya kalau anak-anak gerakannya luar biasa tiba-tiba menurun. Jika dewasa itu sudah merasa loyo dan lemah. Semuanya berpotensi hanya saja tergantungbmasing-masing individu meresponnya. Bahkan ada yang kecolongan juga. Saking sangat kuat, maka panas yang ada dianggap biasa dan tetap beraktifitas. Kemudian tahu-tahu sudah drop,” ujarnya.
Lebih lanjut Mujoko menegaskan gejala DBD sangat spesifik sekali. Biasanya kalau panas hari kesatu, tiba-iba naik dan turun serta mulai ada bercak-bercak merah.
Jika di tes di faskes sangat sederhana sekali. Jika diperiksa selama 5 menit, maka akan tampak pembuluh darah di bawah kulit.
“Misalnya ada anak sakit hingga panasnya tinggi dan keluar bercak berupa warna merah. Jika ditekan atau penetrasi ditarik ke kanan dan kiri. Jika merahnya semakin jelas itu ada indikasi mengarah ke DBD, tapi kalau merahnya hilang berarti itu gigitan nyamuk biasa atau alergi,” pintanya.
Mujoko menyampaikan untuk meringankan gejala yang ada maka penanganannya ringan.
Jika panas bisa dilakukan kompres dan yang bersangkutan harus minum sebanyak mungkin. Sebab kalau minumnya banyak bisa terkontrol.
Baca Juga: Bocah SD di Probolinggo Tewas Tenggelam, Keluarga Tolak Otopsi
“Untuk meningkatkan imunologinya kalau orang dewasa harus dipaksa minum pocary, jus kurma dan jus jambu supaya stamina bisa lebih cepat,” ungkapnya.
Lebih lanjut Mujoko menegaskan upaya yang sudah dilakukan selama ini begitu ada kasus DBD dan menerima hasil laboratorium rumah sakit bahwa betul-betul diagnosa DBD, maka Dinkes melalui puskesmas akan melakukan TE dengan cepat epidemologinya.