Diduga Depresi Karena Lembur 200 Jam dalam Sebulan Seorang Dokter Nekat Bunuh Diri

- 31 Agustus 2023, 17:30 WIB
Ilustrasi bunuh diri.
Ilustrasi bunuh diri. / Pixabay/GoranH

 

ZONA SURABAYA RAYA - Jepang telah lama berjuang melawan budaya kerja berlebihan dimana karyawan di berbagai sektor melaporkan jam kerja yang berat, tekanan tinggi dari supervisor, dan pengabdian kuat kepada perusahaan, menurut Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang.

Keluarga seorang dokter berusia 26 tahun di Jepang yang meninggal karena bunuh diri setelah bekerja lembur lebih dari 200 jam dalam satu bulan, memohon adanya perubahan di Jepang yang telah lama dikenal untuk budaya kerja berlebihannya.

Takashima Shingo bekerja sebagai dokter residen di sebuah rumah sakit di Kota Kobe ketika dia ditemukan bunuh diri pada Mei lalu, dilansir dari NHK, Kamis 31 Agustus 2023.

Menurut pengacara keluarga, Takashima telah bekerja lembur lebih dari 207 jam dalam sebulan sebelum kematiannya dan tidak mengambil cuti selama tiga bulan.

Baca Juga: Sosok Keiichirou Kajimura, Pria yang Dicari Polisi atas Kematian WNI Asal Padang Pariaman di Jepang

Bidayabkerja berlebih di Jepang tersebut menimbulkan dampak negatif pada psikologis salah satunya adalah stres dan menurunnya tingkat kesehatan mental karyawan, hingga dapat menyebabkan fenomena yang disebut karoshi atau “kematian karena terlalu banyak bekerja.”

Hal ini mendorong dicetuskannya reformasi undang-undang ketenagakerjaan dan peraturan lembur pada tahun 2018 untuk mencegah kematian dan cedera akibat jam kerja yang berlebihan.

Halaman:

Editor: Timothy Lie


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x