Nilai Tukar Dolar AS Sangat Tinggi, Depresiasi Rupiah Masih Lebih Baik Dibanding Negara Lain

17 November 2023, 10:30 WIB
Ilustrasi nilai tukar rupiah /Rivan Awal Lingga/ANTARA FOTO

ZONA SURABAYA RAYA - Apabila dibandingkan akhir tahun 2022, diketahui bahwa indeks nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama (DXY) pada 18 Oktober 2023 tercatat tinggi di level 106,21 atau menguat 2,60 persen (ytd). 

Maka dari itu, kuatnya dolar AS ini memberikan tekanan depresiasi mata uang hampir di seluruh mata uang dunia dan mata uang kawasan, yakni seperti Ringgit Malaysia, Baht Thailand, dan Peso Filipina.

Terkait dengan kondisi global tersebut, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur, Doddy Zulverdi, mengatakan bahwa saat ini langkah-langkah stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia, yakni nilai tukar Rupiah terdepresiasi 1,03 persen (ytd), dan ini relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara di kawasan dan global tersebut.

Baca Juga: Pastikan Digunakan dengan Efisien, BI: Cadangan Devisa Ekspor Indonesia 134,9 Miliar Dollar Amerika

Kondisi Indonesia dalam krisis ekonomi global jauh lebih baik dibanding negara lain

Doddy mengatakan bahwa Bank Indonesia juga mempercepat upaya pendalaman pasar uang Rupiah dan pasar valuta asing.

“Juga termasuk optimalisasi SRBI dan penerbitan instrumen-instrumen lain untuk meningkatkan manajemen likuiditas institusi keuangan domestik,” kata Doddy.

Baca Juga: Sudah Mantab, Bank Indonesia, Malaysia Hingga Thailand Tinggalkan Dolar Amerika dalam Transaksi Lintas Negara

“Dan juga menarik masuknya aliran portofolio asing dari luar negeri," imbuhnya.

Koordinasi dengan Pemerintah, perbankan, dan dunia usaha, lanjut Doddy, hingga saat ini terus ditingkatkan dan diperluas.

Tujuannya tak lain, sebut Doddy, sebagai implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) bisa sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023.

Kemudian Doddy juga menjelaskan mengenai melambatnya ekonomi global, seperti nilai tukar dolar yang berdampak pada nilai tukar mata uang negara lain, termasuk Indonesia.

Baca Juga: Dilobi TikTok Agar Dapat Lisensi Pembayaran Digital, Begini Sikap Bank Indonesia

Dampaknya yakni pada kenaikan suku bunga di domestik serta nilai tukar rupiah, akan tetapi, sehut Doddy, sebenarnya ekonomi domestik ini masih dikatakan baik.

“Hal yang membuat ekonomi kita itu membaik dibanding negara lain yakni konsumsi rumah tangga dan juga investasi,” ungkap Doddy.

Untuk tekanan pelemahan rupiah, Doddy menilai bahwa di Indonesia dampaknya relatif terbatas.

Berdasarkan data dari BI, pada Desember 2022 melemah 1,03 persen, ini masih jauh lebih baik dibandingkan dengan negara lain hingga 33 persen.

Baca Juga: Bank Indonesia dan Pemprov Jatim Bersinergi Perkuat Ketahanan Pangan Jelang Ramadhan 2023

Doddy menyebut bahwa kita tidak bisa menghindari dampak global, akan tetapi masih bisa dan masih dalam kategori lebih baik dibanding dengan negara lain.

“Jangan sampai investor terpengaruh pada kondisi global, maka tunjukkan dampak global bisa diatasi,” tandasnya.***

Editor: Timothy Lie

Tags

Terkini

Terpopuler