“Jadi, Surabaya kemarin dari 25,8 persen, menjadi 4,8 persen, itu semua stunting yang tidak ada komorbidnya sehingga cepat turunya. Nah, yang kita fokuskan sekarang adalah stunting yang ada komorbidnya,” pesan Wali Kota Surabaya.
Dalam kesempatan itu Eri Cahyadi juga mengungkapkan harapannya, melalui Rembuk Stunting, balita stunting yang terdapat komorbid bisa ditekan drastis dengan pendampingan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) dan stakeholder.
Eri Cahyadi mengatakan bahwa memounyai target yang komorbid menjadi satu persen tahun ini.
“Kalau non komorbid targetnya ke depan nol persen,” harapnya.
Berdasarkan data, pada tahun 2020 angka stunting di Surabaya tercatat ada 12.788 kasus.
Jumlah tersebut berhasil ditekan menjadi 980 kasus pada akhir 2022 lalu.
Sedangkan pada pertengahan 27 April 2023, tercatat 720 kasus balita stunting.
“Target kita di akhir tahun 2023 nanti menjadi 100 kasus. Artinya, anggota TPPS yang dikukuhkan tadi melakukan percepatan ini (stunting),” tutup Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.***