"Dua bulan dia rajin ke masjid. Hingga pada waktu kejadian dia tidak ke masjid. Sekuriti saya mengabari kalau ada pembacokan di rumah Isa," katanya.
Saat Andri tiba di rumah Isa, dia menemukan Djasmi sudah tergeletak dengan kepalanya bersimbah darah. Saat Andri datang, Djasmi masih hidup.
Namun, tidak berselang lama, perempuan ini tewas di rumahnya. Isa sudah tidak ada saat Andri dan warga lain datang.
"Dia WA (WhatsApp) saya bilang kalau khilaf dan minta maaf. Di WA grup warga, dia bilang sudah menyerahkan diri ke Polsek di Nganjuk," ucapnya.
Isa mengakui membunuh karena istrinya melawan saat dinasihati. Ketika itu, dia menegur Djasmi setelah menemukan percakapan mesra istrinya itu di WA dengan pria lain.
"Saya bilang jangan pacaran lagi. Aku ingin rumah tangga kita ayem, tentrem selawase. Tapi, istri saya malah menjawab kasar dan melukai kaki saya," katanya.
Isa yang tersulut emosi spontan mengambil besi pleser dan memukul punggung Djasmi. Istrinya itu melawan hingga terjadi tarik menarik.
Isa lantas memukul kepala Djasmi beberapa kali dengan besi itu hingga terkapar dan akhirnya tewas.