Ratusan Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNAIR Terjun ke 153 Kelurahan dalam Rangka KKN Tuntaskan Stunting

6 Oktober 2023, 07:00 WIB
Ratusan Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNAIR Terjun ke 153 Kelurahan dalam Rangka KKN Tuntaskan Stunting /Pemkot Surabaya

ZONA SURABAYA RAYA - Sedikitnya 506 mahasiswa Fakultas Kedokteran, FK UNAIR dilepas Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bersama Rektor Universitas Airlangga, UNAIR Mohammad Nasih.

Di mana ratusan mahasiswa yang dilepas di Gedung ASEEC Kampus B UNAIR, Kamis 5 Oktober 2023 tersebut bakal mengikuti Kuliah Kerja Nyata, KKN tematik di Kota Surabaya.

Dijelaskan dalam acara pelepasan tersebut, bahwa KKN kali ini merupakan bagian dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka, MBKM dan Belajar Komunitas Tematik Kampung Emas Madani 2.0 tahun 2023.

Di mana program tersebut, merupakan bagian dari upaya Pemerintah Kota, Pemkot Surabaya bersama Perguruan Tinggi, PT untuk melakukan pencegahan dan penanganan stunting terpadu, yakni melalui upaya konvergensi, intervensi gizi sensitif, dan spesifik.

Baca Juga: Surabaya Duduki Peringkat Pertama Angka Terendah Stunting, Eri Cahyadi Bocorkan Caranya

Ratusan mahasiswa FK UNAIR yang terlibat dalam program tersebut tidak hanya akan melakukan penurunan dan pencegahan stunting, namun mereka juga melakukan program pengabdian masyarakat lainnya, seperti edukasi memegenai pernikahan dini hingga pencegahan kematian ibu dan anak.

Dalam acara pelepasan tersebut, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, bahwa mahasiswa di setiap perguruan tinggi, khususnya di wilayah Kota Surabaya, memiliki kekuatan dan kontribusi yang luar biasa dalam sebuah pembangunan kota.

Dengan demikian, dirinya mengajak para mahasiswa untuk turun bersama jajaran Pemkot Surabaya menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di tengah masyarakat.

Wali Kota Surabaya mengatakan, ketika perguruan tinggi hadir di tengah pemerintah, dengan memberikan sumbangsihnya kepada masyarakat melalui semangat mahasiswanya, maka akan menyelesaikan permasalahan tersebut.

Baca Juga: Imbauan Ketua TP PKK Kepada Orang Tua Agar Rajin Bawa Balita ke Posyandu Guna Deteksi Dini Stunting

Tak hanya itu, Wali Kota Surabaya juga mengucapkan terima kasih kepada para Guru Besar UNAIR yang hadir di dalam Gedung ASEEC, karena menurut orang nomor satu di Surabaya tersebut, tanpa adanya bantuan para guru besar, maka stunting di Kota Surabaya tak akan bisa turun drastis seperti saat ini.

Berdasarkan data yang disebutkan, pada 2021 prevalensi stunting di Kota Surabaya mencapai 28,9 persen, atau sebanyak 6.722 kasus, kemudian menurun signifikan pada tahun 2022 menjadi 4,8 persen, atau 923 kasus.

Namun tak berhenti di situ, jajaran Pemkot Surabaya bersama Forkopimda, perguruan tinggi, dan stakeholder terus berjuang mengentaskan stunting.

Hingga pada akhirnya diakhir September 2023 lalu stunting di Kota Surabaya terus menurun hingga menjadi 529 kasus.

Baca Juga: Ketua TP PKK Surabaya Rini Indriyani Resmikan Dapur Ceria demi Mengatasi Stunting dan Kemiskinan

Eri Cahyadi mengungkapkan, dengan adanya campur tangan dingin dari rektor dan para guru besar, serta perguruan tinggi yang ada di Surabaya, menjadikan 4,8 persen, atau stunting Kota Surabaya terendah di Indonesia.

Ini menunjukkan apa? Sebut Eri Cahyadi, bahwa pemerintah kota tidak pernah sendiri.

Maka dari itu Wali Kota Surabaya optimis, para mahasiswa yang digerakkan bersama tersebut bisa mewujudkan Surabaya zero stunting.

Bahkan tak hanya itu, Eri Cahyadi juga mengharapkan para mahasiswa dan seluruh perguruan tinggi di Kota Surabaya dapat berkontribusi mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia menuju Generasi Emas di tahun 2045.

Baca Juga: Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Kita Fokus Penurunan Stunting yang Komorbid

Karena itu dirinya yakin, dengan pelepasan Belajar Komunitas Tematik Kampung Emas Madani, maka tujuan negara untuk mengentas kemiskinan, pengangguran, stunting, mengurangi kematian ibu dan anak, meningkatkan IPM, Indeks Pembangunan Manusia, dan meningkatkan ekonomi bakal terwujud.

Sementara itu, Rektor UNAIR Mohammad Nasih menuturkan bahwa para mahasiswa FK UNAIR yang mengikuti program tersebut bisa memberikan kontribusi dan hasil yang terbaik.

Hasil terbaik itu tentunya untuk masyarakat dan negara, selain itu dirinya juga menginginkan kegiatan yang dijalankan oleh para mahasiswa FK UNAIR nantinya bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Mohammad Nasih juga berkomitmen, jika para mahasiswa memberikan yang terbaik untuk warga Kota Surabaya di tempat mereka mengikuti penmas, atau pendidikan masyarakat, dan bisa menuliskan laporannya dengan baik, maka 5 SKS bakal ditambah dan paling tidak bisa menjadi pengganti skripsi.

Lebih lanjut Nasih menjelaskan bahwa permasalahan stunting bukan hanya sekadar soal makanan bergizi, namun juga terdapat banyak hal lain yang mempengaruhi.

Masih memberikan contoh, seperti gaya hidup hingga perilaku masyarakat juga berdampak dengan hal tersebut.

Stunting teratasi, jelas Nasih, lalu gaya hidupnya terdongkrak maka akan timbul obesitas, dan itu menjadi masalah baru, sehingga perilaku masyarakat juga harus diedukasi sebaik-baiknya.

Tak hanya stunting, lanjutnya, namun juga diharapkan bisa mengedukasi remaja agar terhindar dari pernikahan dini, maka dari itu diharapkan bisa mengedukasi soal pentingnya sekolah atau kuliah.

Nasih juga mengingatkan para mahasiswa untuk turut serta menjaga nama baik Kota Surabaya dan UNAIR, jika ditemukan mahasiswa yang mencoreng nama baik Kota Surabaya dan UNAIR, maka dirinya tak segan melakukan tindak tegas.

"Jangan malu-maluin UNAIR," tegas Nasih.

Kalau sampai nanti ketika proses kegiatan ini berjalan, lanjut Nasih, kemudian ada video viral yang berpotensi men-downgrade UNAIR, entah karena bullying atau semacamnya, maka langsung akan didrop out yang bersangkutan.

Masih terkait dengan hal tersebut, Kepala Dinas Kesehatan, Dinkes Kota Surabaya Nanik Sukristina menambahkan, bahwa kegiatan Belajar Bersama Komunitas Tematik Kampung Emas Madani 2.0 bakal dilaksanakan mulai Oktober hingga Desember 2023.

Di mana para mahasiswa tersebut bakal diterjunkan ke 153 kelurahan di Kota Surabaya.

Selain itu, kegiatan ini juga melibatkan berbagai disiplin ilmu dari fakultas dan perguruan tinggi yang bergabung di dalam Konsorsium Perguruan Tinggi Peduli Stunting Jawa Timur.

Dijelaskan Nanik, konsorsium tersebut terdiri dari berbagai perguruan tinggi, mulai UNAIR, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, ITS Surabaya, Universitas Dr. Soetomo, Universitas Brawijaya, Universitas Pembangunan Nasional, UPN Veteran Jawa Timur, Universitas Negeri Surabaya, UNESA, Universitas Jember, UNEJ, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, UINSA, Universitas Trunojoyo Madura, UTM, hingga Universitas Ciputra Surabaya.

Nanik menjelaskan mengenai pelaksanaan program Kampung Emas Eliminasi Stunting ini merupakan upaya penurunan stunting di Kota Surabaya yang melibatkan mahasiswa S1 dalam program MBKM.

Maka dari itu, para mahasiswa bakal menjalankan berbagai program di lapangan, antara lain yakni intervensi Gemerlap Pasca Salin, Gerakan Merencanakan KB pasca Persalinan guna meningkatkan cangkupan KB, dengan menyasar ibu hamil.

Kemudian intervensi yang lainnya yakni, Laduni, atau Layanan Terpadu pra Nikah, yang bertujuan untuk menurunkan kasus anemia, Berat Badan Lahir Rendah, BBLR atau stunting sejak lahir dengan sasaran calon pengantin, atau catin.

Kemudian intervensi yang ketiga yakni, Pandawa Lima, atau Pencegahan Pernikahan Dini Lewat Alim Ulama, atau mencegah terjadinya pernikahan dini.

Selain itu juga terdapat program edukasi minat belajar ke jenjang perguruan tinggi untuk remaja santri dan santriwati, serta masih banyak intervensi lainnya.

Nanik berharap dengan kegiatan tersebut bisa berjalan lancar hingga akhir Desember 2023 mendatang.***

Editor: Timothy Lie

Sumber: Pemkot Surabaya

Tags

Terkini

Terpopuler