ZONA SURABAYA RAYA- Sejumlah terobosan dilakukan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi untuk mengentaskan warga Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dari jurang kemiskinan.
Salah satunya, Eri Cahyadi menyulap lahan tidur atau tanah kosong seluas 9,5 juta atau 9.555.372 meter persegi di Surabaya menjadi Rumah Padat Karya.
Lahan itu merupakan aset milik Pemkot Surabaya. Melalui program padat karya di berbagai kecamatan, Wali Kota Eri Cahyadi mengoptimalkan lahan itu menjadi tempat usaha berbagai bidang.
Menariknya, berbagai jenis usaha itu diperuntukkan warga MBR. Berhasilkah Wali Kota Eri Cahyadi dengan Rumah Padat Karyanya?
Dari data Pemkot Surabaya diketahui bahwa lahan tidur itu dulunya Bekas Tanah Kas Desa (BTKD) yang selama ini mangkrak.
Setelah dioptimalkan, kini berdiri tempat usaha Rumah Padat Karya di 20 lokasi.
Bahkan, kini Pemkot Surabaya sudah menyiapkan 14 lokasi baru untuk Rumah Padat Karya
Baca Juga: Sudah 900 Rumah tak Layak Huni Diperbaiki Pemkot Surabaya, Warga Doakan Begini ke Eri Cahyadi
Eri Cahyadi mengatakan lahan tidur itu dioptimalkan untuk sektor pertanian dan nonpertanian seperti usaha cuci mobil, laundry, menjahit, rumah produksi batik, café hingga sentra wisata kuliner.
“Untuk mengentas kemiskinan, gizi buruk dan stunting, harus ada pekerjaan untuk warga, terutama MBR. Harapan kami program padat karya bisa berjalan untuk memberikan pekerjaan kepada MBR itu,” kata Eri, Rabu, 21 Desember 2022.
Menurutnya, posisi pemkot dalam hal ini adalah sebagai fasilitator, yakni memiliki tugas untuk menunjang kegiatan masyarakat dan meningkatkan pendapatan, sekaligus menaikkan taraf hidup warga.
Makanya, lahan tersebut harus diutamakan untuk tenaga kerja yang berasal dari MBR Kota Surabaya.
Baca Juga: Pertama di Indonesia, Pemkot Surabaya Peringkat A Indeks Reformasi Birokrasi, Wali Kota Eri Cahyadi Beri Bukti
“Jumlah MBR di Surabaya harus terus berkurang. Bagaimana caranya? Pemkot bersama DPRD Kota Surabaya dan stakeholder saling bersinergi untuk mengentas kemiskinan itu. Salah satunya melalui progra padat karya ini,” ujarnya.
Ia juga meminta warga yang mengelola lahan itu tidak perlu khawatir soal kemampuannya dalam mengelola lahan tersebut.
Sebab, para MBR itu akan mendapat pendampingan dan pelatihan dari para ahli dan jajaran Pemkot Surabaya.
Bahkan, mereka juga akan dibagi dalam pemanfaatan lahan tersebut, karena harus disesuaikan dengan lokasi tempat tinggal mereka.
Hal ini juga berfungsi mengantisipasi adanya aset yang dimanfaatkan perorangan.
“Sudah ada nama-nama kelompok MBR yang bertanggung jawab di setiap lahan dan pasti akan menjadi pengawasan kami,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Ira Tursilowati menjelaskan total aset Pemkot Surabaya yang tersebar di berbagai sudut kota sebanyak 64,4 juta atau 64.496.988,25 meter persegi.
Aset sebanyak itu dimanfaatkan untuk pelayanan publik sebanyak 46.740.406,12 meter persegi atau sekitar 72 persennya.
Baca Juga: Bikin Gemetar! Wali Kota Eri Cahyadi Marahi Staf RSUD Dr Soewandhie Surabaya hingga Banting Berkas
Kemudian dipakai untuk IPT, HGB/HPL atau yang digunakan untuk perizinan dan itu disewakan sebanyak 8.201.210,13 meter persegi atau sekitar 13 persennya.
“Nah, tanah kosong atau lahan kosong milik pemkot itu sebanyak 9.555.372 meter persegi. Ini sudah termasuk beberapa aset yang diselamatkan oleh pemkot dengan bantuan pihak kejaksaan. Aset lahan kosong inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh Pak Wali Kota untuk mengembangkan program padat karya,” papar dia.
Data terbaru hingga saat ini, padat karya atau biasa disebut rumah padat karya sudah berjalan dan sudah diresmikan di 20 lokasi.
Di tempat tersebut, jenis usaha yang dikembangkan bermacam-macam, mulai dari perikanan dan budidaya perikanan, pertanian, pembuatan paving, hingga dibuat café yang dilengkapi juga dengan cuci motor dan mobil.
“Bahkan, ada beberapa pula yang dibuat laundry, vermak dan service HP. Ada pula yang dibuat ternak lele, rumah batik dan ada pula yang dibuat rumah maggot. Jadi, bermacam-macam sesuai kondisi di lapangan,” terang dia. ***