Doping Dilarang Dalam Olimpiade, Berikut 7 Zat yang Diharamkan

30 Juli 2021, 17:46 WIB
Ilustrasi obat /PIXABAY/

ZONA SURABAYA RAYA - Komite Olimpiade Internasional (IOC) bekerja sama dengan Badan Anti-Doping Dunia (WADA) memaparkan zat maupun metode doping yang dilarang digunakan selama kompetisi olahraga.

Pelarangan tersebut juga berlaku meski atlet tidak sedang bertanding.

Berikut beberapa zat maupun metode pemberian doping yang dilarang oleh WADA :

1. Agen Anabolik
Penggunaan agen anabolik dilarang oleh WADA, karena dapat meningkatkan kinerja atlet.

Salah satu kelompok obat ini adalah steroid androgenik, yang bekerja dengan cara mengikat reseptor androgen tubuh.

Baca Juga: Medali Emas Atlet Cina Terancam Dicabut, Indonesia Berpotensi Raih Perak di Cabang Olahraga Angkat Besi

Ketika suatu senyawa berhasil mengikat reseptor, menjadi sinyal ke tubuh untuk meningkatkan kekuatan otot. Efeknya, dapat meningkatkan kecepatan atlet.

Obat steroid juga dapat meningkatkan jumlah protein yang membantu melindungi sel-sel otot selama latihan intens, sebelum olimpiade dimulai.

2. Hormon pertumbuhan dan peptida
Hormon pertumbuhan merupakan zat untuk pembentukan tulang dan otot. Zat yang termasuk hormon pertumbuhan, yaitu erythropoietin atau dikenal EPO.

EPO akan memberikan sinyal pada tubuh untuk memproduksi sel darah merah.

Menurut WADA, sel darah merah dapat membawa lebih banyak oksigen ke otot sehingga bisa meningkatkan kinerja atlet. EPO ini juga sering disebut "doping darah".

WADA juga melarang metode "doping gen" dengan modifikasi genetik menggunakan peptida, untuk perkembangan massa otot.

3. Beta-2 Agonis
Beta-2 agonis biasanya ditemukan di inhaler untuk penyakit asma. Beta-2 agnosis berfungsi untuk mengendurkan otot-otot saluran bronkial, ketika terserang asma.

Baca Juga: KPPU Pantau Obat yang Esensial Terhadap Covid-19

Namun, WADA tidak mengiziinkan pemakaian inhaler pada atlet yang asma takut disalah gunakan. Sebab, Beta-2 agonis yang penggunaannya tidak dihirup, dapat memberikan efek mencegah kerusakan otot. Dengan memblokir kerusakan otot, daya tahan tubuh atlet jadi meningkat.

4. Hormon dan modulator metabolik
Obat ini bekerja untuk mencegah kerusakan otot para atlet dengan menurunkan jumlah hormon dalam tubuh. Misalnya, menurunkan jumlah hormon stres yaitu kortisol dalam darah. Sehingga, para atlet lari cepat tetapi tidak harus mengeluarkan tenaga terlalu besar sebab tubuh tidak stres.

5. Diuretik
Zat duretik membuat seseorang menghasilkan lebih banyak urine. Dengan banyaknya cairan yang keluar, dapat menurunkan berat badan atlet sebelum kompetisi dimulai. Zat ini terkadang tak terdeteksi melalui tes urine sehingga disebut masking agents. Oleh karena itu, WADA juga melarang zat lain yang bertindak sebagai masking agents seperti Diuretik.

Baca Juga: 7 Fakta Penipuan Donor Plasma Konvalesen, Berawal dari Pasien Covid-19 di Sidoarjo hingga Jadi Isu Nasional

6. Stimulan
Stimulan dapat meningkatkan kondisi psikologis para atlet. Atlet akan menjadi lebih fokus, perhatian dan energi yang dihasilkan lebih besar. Stimulan dapat memberikan semangat untuk atlet yang bertanding selama berjam-jam seperti tennis atau sepakbola.

Narkotika dan cannabinoids narkotika, yang obat-obatan seperti opioid dan cannabinoids / seperti juga ganja.

Penggunaan zat ini tentu sangat dilarang, karena bisa menghilangkan rasa nyeri saat bertanding. Misalnya saja, digunakan saat pertandingan tinju atau gulat atau atlet yang mempunyai cidera.

7. Glukokortikoid
Glukokortikoid merupakan salah satu bentuk hormon stres yang terkait dengan kortisol. Bagi para atlet, zat doping ini dapat membuat mereka lebih prima saat bertanding dan merespon sesuatu dengan cepat.***

Editor: Julian Romadhon

Tags

Terkini

Terpopuler