ZONA SURABAYA RAYA - Bagi Bonek, "Persebaya Emosi Jiwaku" bukan sekadar jargon. Lebih dari itu, ia adalah nyanyian perang, manifesto kesetiaan, dan ikatan batin yang tak tergoyahkan dengan tim kebanggaan Kota Pahlawan.
Di balik gaungnya yang menggema di stadion, terselip kisah menarik tentang asal mula jargon legendaris ini.
Sejarah "Emosi Jiwaku" berawal dari ide cemerlang H. Agil H. Ali, manajer Persebaya di era 1980-an.
Baca Juga: Bonek Lahir Tahun Berapa? Ayo Rek, Telusuri Jejak Loyalitas dan Sebuah Identitas Bondho Nekat!
Persebaya Emosi Jiwaku Lahir dari Sebuah Sayembara
Terinspirasi oleh atmosfer sepak bola Eropa yang penuh dengan atribut dan bendera, H Agil H Ali mengadakan sayembara/lomba desain bendera untuk para Bonek.
Di antara puluhan karya yang masuk, bendera bertuliskan "Persebaya Emosi Jiwaku" terpilih sebagai pemenang.
Sejak saat itu, di musim 1987/88, bendera tersebut mulai berkibar di Stadion Gelora 10 November, menandai awal era baru dalam budaya suporter Indonesia.
"Emosi Jiwaku" bukan sekadar kata-kata. Bagi Bonek, kalimat ini mewakili perasaan mereka yang terdalam terhadap Persebaya.
Dukungan mereka tak kenal lelah, tak tergoyahkan oleh rintangan, dan selalu penuh semangat.