Menggali Sejarah Persebaya Emosi Jiwaku, Bukan sekedar Slogan melainkan Kesetiaan dan Nyanyian Perang!

- 16 Maret 2024, 22:00 WIB
Suporter Persebaya Surabaya, Bonek, saat mendukung langsung tim kesayangan di kandang. Slogan Persebaya Emosi Jiwaku selalu berhias di seluruh penjuru stadion.
Suporter Persebaya Surabaya, Bonek, saat mendukung langsung tim kesayangan di kandang. Slogan Persebaya Emosi Jiwaku selalu berhias di seluruh penjuru stadion. /INSTAGRAM @greennord.27/

ZONA SURABAYA RAYA - Bagi Bonek, "Persebaya Emosi Jiwaku" bukan sekadar jargon. Lebih dari itu, ia adalah nyanyian perang, manifesto kesetiaan, dan ikatan batin yang tak tergoyahkan dengan tim kebanggaan Kota Pahlawan.

Di balik gaungnya yang menggema di stadion, terselip kisah menarik tentang asal mula jargon legendaris ini.

Sejarah "Emosi Jiwaku" berawal dari ide cemerlang H. Agil H. Ali, manajer Persebaya di era 1980-an.

Baca Juga: Bonek Lahir Tahun Berapa? Ayo Rek, Telusuri Jejak Loyalitas dan Sebuah Identitas Bondho Nekat!

Persebaya Emosi Jiwaku Lahir dari Sebuah Sayembara

Terinspirasi oleh atmosfer sepak bola Eropa yang penuh dengan atribut dan bendera, H Agil H Ali mengadakan sayembara/lomba desain bendera untuk para Bonek.

Di antara puluhan karya yang masuk, bendera bertuliskan "Persebaya Emosi Jiwaku" terpilih sebagai pemenang.

Sejak saat itu, di musim 1987/88, bendera tersebut mulai berkibar di Stadion Gelora 10 November, menandai awal era baru dalam budaya suporter Indonesia.

"Emosi Jiwaku" bukan sekadar kata-kata. Bagi Bonek, kalimat ini mewakili perasaan mereka yang terdalam terhadap Persebaya.

Dukungan mereka tak kenal lelah, tak tergoyahkan oleh rintangan, dan selalu penuh semangat.

Halaman:

Editor: Rangga Putra

Sumber: Emosi Jiwaku


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x