Bukan Mudik Lebaran, Ini 5 Tradisi Unik Hari Raya Idul Fitri yang Belum Banyak Diketahui, Sangat Sakral!

- 10 April 2024, 10:00 WIB
Ilustrasi. Tradisi Unik Hari Raya Idul Fitri di Indonesia
Ilustrasi. Tradisi Unik Hari Raya Idul Fitri di Indonesia /Pexels.com/Maxime LEVREL

ZONA SURABAYA RAYA- Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi berbeda menyambut Lebaran. Jika kamu belum tahu, kepoin saja 5 tradisi unik Hari Raya Idul Fitri di Indonesia.

Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran menjadi momentum besar di Indonesia. Bukan mudik lebaran atau pulang kampung, 5 tradisi unik menyambut Hari Raya Idul Fitri ini sudah ada sejak dahulu kala.

Selama ini yang kita tahu, tradisi lebaran itu mudik dan sungkeman. Mudik merupakan tradisi masyarakat yang pulang kampung ke daerah kelahirannya.

Sedang sungkeman adalah tradisi saling meminta maaf saat lebaran. Tradisi ini juga disebut dengan "unjung-unjung", yakni warga saling berkunjung ke tetangga dan sanak familinya untuk saling bermaaf-maafan.

Namun, 5 tradisi unik Hari Raya ini bukan mudik dan sungkeman. Tradisi ini begitu sakral. Lantas, apa tradisi itu? Simak ulasanya yang dirangkum dari laman resmi Kemenparakraf, Rabu 10 April 2024.

1. Grebeg Syawal

Tradisi menyambut Idul Fitri di Yogyakarta
Tradisi menyambut Idul Fitri di Yogyakarta ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/hp

Grebeg Syawal menjadi salah satu ritual rutin yang digelar setiap tahunnya. Tradisi ini berasal dari Keraton Yogyakarta ini digelar setiap 1 Syawal, atau tepat pada Hari Raya Idul Fitri.

Grebeg Syawal merupakan wujud syukur setelah melewati bulan Ramadhan yang sudah dilaksanakan sejak abad ke-16.

Daya tarik dari tradisi Grebeg Syawal ada pada tujuh gunungan yang terdiri dari: gunungan lanang/kakung sebanyak tiga buah, gunungan wadon/estri, gunungan darat, gunungan gepak, dan gunungan pawuhan masing-masing satu buah.

Seluruh gunungan akan dibawa oleh abdi dalem dan dikawal prajurit Bregodo dari Alun-Alun Utara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju Masjid Gedhe Kauman, Pura Pakualaman, dan Kantor Kepatihan. Gunungan tersebut akan didoakan terlebih dahulu, sebelum nantinya diperebutkan masyarakat.

2. Festival Meriam Karbit

Festival Meriam Karbit
Festival Meriam Karbit

Kalimantan Barat juga memiliki tradisi Lebaran yang unik, yakni Festival Meriam Karbit. Tradisi ini menjadi pengingat kepada warga akan keberanian dan menumbuhkan semangat kebersamaan.

Festival menyambut Lebaran yang terkenal meriah ini digelar selama tiga hari berturut-turut. Dimulai sejak sebelum, sesaat, dan sesudah Lebaran.

Menariknya, Festival Meriam Karbit tidak hanya menjadi tradisi Lebaran saja. Melainkan, juga menjadi warisan budaya yang kental dengan nilai historis karena berkaitan dengan sejarah berdirinya Kota Pontianak.

3. Ronjok Sayak

Tradisi Ronjok Sayak
Tradisi Ronjok Sayak Tribratanews Polri

Secara umum, kata Sayak sendiri bisa diartikan sebagai batok kelapa. Dengan kata lain, Ronjok Sayak adalah tradisi membakar batok kelapa kering yang ditumpuk hingga setinggi satu meter. Menurut kepercayaan, tradisi Lebaran Ronjok Sayak sudah dilaksanakan sejak ratusan tahun silam.

Masyarakat Bengkulu percaya jika api merupakan penghubung antara manusia dan leluhur. Itu mengapa, pelaksanaan tradisi Ronjok Sayak berjalan hikmat, dibarengi dengan banyaknya doa-doa yang dipanjatkan selama proses pembakaran batok kelapa. Biasanya, tradisi Ronjok Sayak ini dilakukan setelah melaksanakan salat Isya pada 1 Syawal.

4. Perang Topat

Perang topat
Perang topat sumber instagram @yogiwirawan__

Di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) ada tradisi Perang Topat atau “perang ketupat” sebagai tradisi menyambut Lebaran yang unik dan penuh makna.

Konon, tradisi saling melemparkan ketupat ini merupakan simbol kerukunan antar umat Hindu dan Islam yang hidup berdampingan di Lombok.

Sebelum “perang” dimulai, masyarakat akan melakukan doa dan ziarah di Makam Loang Baloq di kawasan Pantai Tanjung Karang, dan Makam Bintaro di kawasan Pantai Bintaro.

Uniknya, setelah tradisi dimulai, ketupat-ketupat yang digunakan untuk berperang akan kembali diperebutkan, karena dipercaya membawa kesuburan sehingga membuat panen melimpah.

5. Binarundak

Binarundak
Binarundak
Masyarakat Motoboi Besar di Sulawesi Utara juga memiliki tradisi menyambut Lebaran warisan leluhur yang masih dilakukan dan dilestarikan hingga sekarang, yakni tradisi Binarundak. Sebuah tradisi membuat atau memasak nasi jaha secara bersama-sama yang dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut setelah Hari Raya Idulfitri.

Nasi jaha adalah makanan khas Sulawesi Utara yang berbahan dasar beras dan dimasak dalam batang bambu. Hidangan khas ini memiliki perpaduan rasa gurih dari santan, serta jahe yang cukup kuat.

Menurut kepercayaan, tradisi Binarundak dalam menyambut Lebaran merupakan sarana silaturahmi terhadap sesama, sekaligus sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.

Itulah 5 tradisi unik Hari Raya Idul Fitri di Indonesia yang belum banyak diketahui. Semoga bermanfaat. ***

Editor: Ali Mahfud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah