Erupsi Gunung Semeru Dahsyat tapi Nyaris tak Dirasakan Warga, Ahli Vulkanologi ITB Ungkap Penyebabnya

- 6 Desember 2021, 15:26 WIB
Dahsyatnya erupsi Gunung Semeru tak hanya menelan korban jiwa, tapi juga merusak bangunan milik warga sekitar. Ahli Vulkanologi ITB ungkap penyebab Gunung Semeru meletus atau erupsi.
Dahsyatnya erupsi Gunung Semeru tak hanya menelan korban jiwa, tapi juga merusak bangunan milik warga sekitar. Ahli Vulkanologi ITB ungkap penyebab Gunung Semeru meletus atau erupsi. /KabarLumajang/Rifqi Danwanus

ZONA SURABAYA RAYA- Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, meletus atau mengalami erupsi pada Sabtu 4 Desember 2021, sekitar pukul 14.50 WIB. Apa penyebab gunung tertinggi di pulau Jawa ini meletus? Berikut ini analisis Ahli Vulkanologi Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr. Eng. Mirzam Abdurrachman S.T., M.T.

Data hingga 6 Desember 2021, sebanyak 15 warga meninggal dunia meninggal dunia akibat terjangan awan panas guguran (APG) Gunung Semeru. Sedang 27 orang lainnya dinyatakan hilang.

Peningkatan aktivitas gunung tertinggi di Pulau Jawa itu membuat beberapa desa di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, diliputi awan panas guguran dan hujan abu vulkanik.

Awan panas guguran merupakan ancaman khas Gunung Semeru. Lantas, mengapa peningkatan aktivitas Gunung Semeru hingga erupsi terasa mendadak?

Baca Juga: VIDEO: Erupsi Susulan Gunung Semeru Terjadi Lagi! Begini Kepanikan Warga

Mirzam Abdurrachman melihat ada akumulasi dari letusan Semeru sebelumnya yang menutupi kawah gunung. Tak heran jika material aliran lahar menjadi dahsyat.

“Terkikisnya material abu vulkanik yang berada di tudung gunung tersebut membuat beban yang menutup Semeru hilang sehingga membuat gunung mengalami erupsi,” terang Mirzam Abdurrachman dikutip ZonaSurabayaRaya.Com (Pikiran Rakyat Media Network), Senin 6 Desember 2021, dari laman itb.ac.id.

Mengutip dari Magma Indonesia, visual letusan tidak teramati. Namun erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi 5160 detik.

Menurut Dr. Mirzam, saat Gunung Semeru erupsi warga cenderung tidak merasakan adanya gempa. Namun peningkatan aktivitas Semeru terekam oleh seismograf.

Hal ini disebabkan oleh sedikitnya material yang berada di dalam dapur magma.

Baca Juga: Alarm Bahaya, 3 Gunung Lagi Diramal Bakal Meletus Usai Semeru, Ini Terawangan Anak Indigo dan Data ESDM

Pertanyaannya, mengapa Gunung Semeru bisa meletus? Menurut Mirzam, ada tiga hal yang menyebabkan gunung api bisa meletus.

Pertama, foator volume di dapur magma sudah penuh.

Kedua, karena ada longsoran di dapur magma yang disebabkan terjadinya pengkristalan magma.

Ketiga karena di atas dapur magma.

“Faktor yang ketiga ini sepertinya yang terjadi di Semeru, jadi ketika curah hujannya cukup tinggi, abu vulkanik yang menahan di puncaknya baik dari akumulasi letusan sebelumnya, terkikis oleh air, sehingga gunung api kehilangan beban," papar Mirzam.

"Meskipun isi dapur magmanya sedikit yang bisa dilihat dari aktivitas kegempaan yang sedikit (hanya bisa diditeksi oleh alat namun tidak dirasakan oleh orang yang tinggal di sekitarnya), Semeru tetap bisa erupsi,” lanjut dosen pada Kelompok Keahlian Petrologi, Vulkanologi, dan Geokimia, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB).

Baca Juga: Ya Allah...! Ibu dan Anak Ditemukan Tewas Berpelukan di Reruntuhan Rumah yang Tertimbun Abu Gunung Semeru

Gunung Semeru, lanjutnya, merupakan salah satu gunung api aktif tipe A. Berdasarkan data dan pengamatan yang dilakukan, Dr. Mirzam berkesimpulan bahwa Gunung Semeru memiliki interval letusan jangka pendeknya 1-2 tahun.
Terakhir tercatat pernah juga mengalami letusan di tahun 2020 juga di bulan Desember.

“Letusan kali ini, volume magmanya sebetulnya tidak banyak, tetapi abu vulkaniknya banyak sebab akumulasi dari letusan sebelumnya,” papar Dr Mirzam.

Namun menurutnya Dr. Mirzam, arah letusan gunung Semeru bisa diprediksi yaitu mengarah ke tenggara. Hal ini karena mengacu pada peta Geologi Semeru, bidang tempat lahirnya gunung ini tidak horizontal tetapi miring ke arah selatan.

Mirzam mengindikasikan abu vulkanik gunung semeru cenderung berat yang ditandai dengan warnanya yang abu-abu pekat. Hal tersebut terlihat dari visual di puncak Gunung Semeru.

Baca Juga: VIDEO: Ini Pesan Juru Kunci Gunung Semeru Jawa Timur Sebelum Meletus

Sehingga ketika letusan-letusan sebelumnya terjadi, abu vulkaniknya jatuh menumpuk di hanya di sekitar area puncak gunung semeru, ini yang menjadi cikal bakal melimpahnya material lahar letusan 2021.

Sebagai informasi, abu vulkanik dan aliran lahar tidak hanya berdampak pada korban jiwa. Tapi juga merusak sektor pemukiman dan infrastrukur di beberapa kecamatan di Kabupaten Lumajang.

Data sementara menyebutkan rumah terdampak berjumlah 2.970 unit, fasilitas pendidikan terdampak langsung 38 unit, jembatan putus 1 unit (Gladak Perak yang berada di Desa Curah Kobokan, penghubung antara Lumajang dan Malang). ***

 

Editor: Ali Mahfud

Sumber: itb.ac.id Magma Indonesia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah