Radio Braille Surabaya, Pertama di Kota Pahlawan Media Inklusif oleh Guru Tunanetra

- 3 Desember 2022, 22:53 WIB
Zona Surabaya Raya
Zona Surabaya Raya /Dok AJI/

ZONA SURABAYA RAYA - Lembaga Pemberdayaan Tunanetra (LPT) berinisiatif membuat media inklusif alternatif yakni Radio Braille Surabaya (RBS).

Dalam memperingati Hari Difabel Internasional ini LPT meluncurkan Radio Braille Surabaya (RBS) yang diselenggarakan di Yayasan Pendidikan Anak Buta (YPAB), Jalan Gebang Putih No. 5, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu 3 Desember 2022.

Dengan menusung misi mulia, Radio Braille Surabaya (RBS) ini diinisiasi oleh guru-guru yang mengabdi di YPAB serta aktif di LPT.

Mereka adalah Tutus Setiawan, Atung Yunarto, Hanan Abdullah, dan Sugihermanto. LPT sendiri sudah berdiri sejak tahun 2003 dengan 3 program utama, yaitu pendidikan, riset, dan advokasi.

Baca Juga: LHUUUK, Izin Lanjutan Liga 1 2022-2023 Ternyata Belum Clear! LIB Beralasan Begini

Di tahun 2022 ini mereka ingin memiliki Radio Braille Surabaya (RBS).

Hal ini seperti yang dikatakan Pimred RBS, Tutus Setiawan usai acara peluncuran, Radio Braille Surabaya.

"Nah, di tahun 2022 ini, kami ingin memiliki 'anak' yaitu Radio Braille Surabaya (RBS). Ini supaya program-program di LPT bisa disebarluaskan sehingga masyarakat jadi tahu," ujar Pimred RBS.

Pihaknya menyadari bahwa media memegang peranan penting untuk menyuarakan isu-isu disabilitas.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Pisces Besok, Minggu, 4 Desember 2022: Jangan Sembunyi dari Dia yang Tercinta

Ia membawa aspirasi agar disabilitas tidak hanya ditengok saat memenangkan kompetisi Paralympic atau prestasi tertentu saja.

"Tapi banyak sisi yang bisa dieksplor, apalagi ini menjelang Pilpres 2024. Apakah politik berpihak pada disabilitas, atau tidak," tuturnya.

Di kesempatan yang sama Koordinator Produksi RBS, Sugihermanto menjelaskan soal pemilihan platform YouTube untuk distribusi konten-konten RBS dibandingkan kanal-kanal radio yang lain.

"Kami pilih video pertimbangannya ialah pengguna YouTube lebih besar ketimbang media lain. Misal, mencari tutorial, kita tidak akan mencari di FaceBook, media online, dan sebagai, tapi justru di YouTube," lanjutnya.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Aquarius Besok, Minggu, 4 Desember 2022: Hubungan Asmara sedang tidak Stabil

Ia menungkapkan bahwa RBS ingin menyerap pengguna YouTube yang besar dengan perspektif disabilitas. Tidak hanya menampilkan sisi lemah disabilitas, namun RBS berupaya angkat sisi yang lain.

Sementara Koordinator Distribusi RBS Hanan Abdullah membagikan kisah persiapan sebelum RBS didirikan.

Ia mengalami berbagai tantangan tersendiri selama pelatihan jurnalistik yang bisa mematangkan keterampilannya di media.

"Yang saya alami dari pelatihan selama ini, banyak sekali. Mulai dari jenis berita, observasi, dan lain-lain. Paling tidak kita bisa bikin konten yang matang, karena sudah tahu dasar-dasarnya," tegasnya.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Capricorn Besok, Minggu, 4 Desember 2022: Romansa, Nafsu, dan Gairah Membara

Perlu diketahui, bahwa selama ini inisiatif pendirian RBS didukung penuh oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya. Seperti memberikan pelatihan dasar-dasar jurnalistik, penggalian data, dan distribusi konten.

Eben Haezer, Ketua AJI Surabaya, mengucapkan selamat kepada RBS yang berhasil diluncurkan sore ini. Ia merasa pelatihan jurnalistik untuk tunanetra memiliki keistimewaan ketimbang memberi pelatihan untuk peserta umum. Terlebih lagi, rekan-rekan LPT langsung yang meminta AJI Surabaya membekali ilmu jurnalistik.

"Inisiatif mendirikan media inklusif ini justru muncul dari mereka. Inisiatif dari mereka inilah yang jadi modal penting," katanya.

Baca Juga: Siapa Lawan Persebaya di Lanjutan Liga 1 pada Desember 2022? Ada Persib dan Persija, Ini Jadwal Lengkapnya

Selama 3 bulan pelatihan ini, mereka tekun dan termotivasi setiap Jumat melakukan pelatihan. "Ada banyak materi pelatihan, tapi di sini kami beri pelatihan baru. Seperti latihan pernafasan, karena mereka akan berbicara juga," lanjut Eben.

Eben mengakui jika stigma disabilitas di masyarakat masih tinggi, sehingga ketika nama media disabilitas terdengar maka yang muncul hanyalah kasihan.

"Jadi alasannya mengapa media ini disebut media inklusif, karena yang dinilai adalah keterampilannya. Kami akan melibatkan dari kawan-kawan tunarungu, tunadaksa, dan lain-lain, sehingga bisa beri ruang untuk publik untuk kontribusi," pungkasnya.***

 

Editor: Budi W


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x