Viral, Tren Boneka Arwah, Psikolog: Bisa Jadi Psikopat

- 6 Januari 2022, 14:01 WIB
5 film horor tentang boneka arwah yang lagi tren di kalangan selebriti.
5 film horor tentang boneka arwah yang lagi tren di kalangan selebriti. /Tangkapan layar YouTube/@NEXT Xinema
ZONA SURABAYA RAYA - Ramainya tren netizen untuk merawat boneka arwah atau spirit doll tidak sekedar sensasi. Perilaku ini bisa menyebabkan kejiwaan tidak stabil atau psikopatologi.
 
Berawal dari seorang selebritis, dia mengadopsi boneka arwah. Benda itu sebenarnya hanya sebagai benda mati, namun orang ini menjadikannya seperti makhluk hidup. Mereka merawat dan memperlakukan para boneka arwah layaknya seorang bayi.
 
Prof. Dr. Nurul Hartini, S.Psi., M.Kes., Psikolog asal Universitas Airlangga, menjelaskan bahwa tindakan tersebut telah mengarah kepada perilaku yang tidak wajar. Nurul bahkan meminta fenomena tersebut perlu menjadi perhatian. 
 
 
“Ketika pemilik boneka ini menganggap bonekanya hidup dan akan bertumbuh besar, maka ini sudah keluar dari batas akal sehat. Perilaku tersebut menjadi keanehan,” tutur Prof. Nurul.
 
Dosen psikologi di Unair ini menduga, perilaku tak lazim ini dipengaruhi faktor tertentu. Salah satu faktor yakni mengikuti tren di kalangan selebritis.
 
“Bisa jadi mereka hanya mencari sensasi agar popularitasnya naik. Meskipun demikian, segala sesuatu tetap ada batasnya agar justru tidak merugikan kesehatan mental,” sambung perempuan berhijab ini.
 
 
Nurul mengungkapkan, apabila perilaku tersebut dibiarkan terjadi secara terus-menerus, maka akan berdampak terhadap kondisi kesehatan mental seseorang.
 
Oleh karenanya, Dia berharap segala kondisi berisiko harus ditangani sedini mungkin agar tidak semakin sulit untuk mengembalikan kepada kondisi yang rasional dan realistis.
 
"Jika ketidakwajaran itu tidak segera dihentikan, maka berisiko pada keadaan psikopatologinya, ketidakstabilan fungsi kejiwaan yang meliputi indera, kognisi, dan emosi,” urai dia.
 
 
Nurul mengimbau, sebagai orang yang terdekat dengan individu yang berperilaku di luar batas tersebut, memiliki kewajiban untuk membantu mereka.
 
"Terlebih dulu kita menanyakan penyebab mereka untuk bertindak demikian. Selagi jawabannya masih rasional, ya tidak apa-apa, tapi jika ketidakwajaran semakin jelas terlihat, dengan benar-benar menganggap boneka tersebut hidup, maka kita dapat mengingatkan mereka," imbuhnya. 
 
Namun, cara terakhir jika masih tidak ada perubahan, maka kita dapat membantu mengarahkan mereka untuk datang ke psikolog atau psikiater. Kuncinya adalah rasional, realistis, dan proporsional.
 
"Selama tiga hal itu terpenuhi, maka kita senantiasa objektif dalam memikirkan, dan melakukan segala hal,” ujar anggota Ikatan Psikologi Klinis Indonesia tersebut.***
 

Editor: Julian Romadhon


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah