Seseorang yang biasanya harus menghabiskan banyak waktu, kini hanya perlu menghabiskan lima belas hingga enam puluh detik untuk mendapat inti atau resume dari informasi melalui platform yang memiliki lebih dari satu miliar pengguna aktif bulanan ini.
Didukung dengan berkembangnya konsep instan dan pragmatisme di masyarakat, fitur ini mampu memenuhi kebutuhan dan akhirnya berkembang pesat.
Baca Juga: Muncul Varian Mu yang Kebal dari Antibodi, Ini Kata Pakar Imunologi UNAIR
"Dibarengi dengan banyaknya pengguna aktif, dan keinginan TikTok untuk terus memahami keinginan audiens, fenomena ramainya penggunaan platform ini diprediksi akan tetap bertahan dalam beberapa waktu mendatang," jelasnya.
Irfan juga menyebutkan, bahwa sepak terjang TikTok di Indonesia seharusnya tidak mulus. Sebab, aplikasi Youtube dan Instagram yang telah menguasai market menyebabkan TikTok harus mencari celah.
Untuk itu, salah satu aplikasi media sosial ini harus memiliki keunggulan dibanding media berbasis audio visual yang lain.
"Jika membandingkan dengan platform audio visual, tentu kita ingat dengan SnapChat atau Youtube yang lebih dulu masuk, bertumbuh dan meraih pasar di Indonesia, untuk itu harus ada fitur yang bisa menjadi pembeda dan unggul untuk bisa bersaing," jelasnya.
Dia melanjutkan, bahwa fitur challenge dan juga batasan waktu yang singkat menjadi keunggulan yang dapat menarik minat pengguna.
"Jika untuk membaca karya tulis perlu adanya pendahuluan, video panjang, namun kalau TikTok langsung ke intinya dalam hitungan detik," tuturnya.***