ZONA MISTERI : Rumah, Hidup Bersama Mereka yang Tak Kasat Mata [end]

- 5 Agustus 2021, 22:09 WIB
/

Dalam hati, aku berbicara, “Assalamu’alaika yaa Ghaib, sejak awal memasuki rumah ini, niatku baik. Aku mau tinggal berdampingan dan memilih ‘berdamai dengan kalian’, dengan caraku. Tidak boleh menampakkan wujud kalian, tidak boleh ada yang mengganggu tamu atau siapapun disini, meski masih ada yang menampakkan diri, aku tetap biarkan, karena buatku itu bukan gangguan. Tapi kenapa ada makhluk jahat disini di biarkan masuk bahkan sampai menyerang penghuni disini?”

Geram, kubacakan ta’awudz, basmalah, al fatihah, 3 surat Qul, ayat kursi dan surat jin ayat 1-2. Kutiupkan ke telapak tangan, kusentuh setiap sudut ruangan dan kubacakan ayat kursi di 4 penjuru mata angin.

“Kalau memang harus bersih semuanya, dengan Nama Allah SWT, Yang Maha Menguasai semesta, maaf, aku terpaksa harus usir kalian, pergi kalian semua dari sini, laa haulaa walaa quwwata illaa billah!” ucapku dalam hati. Mataku nyalang memandang setiap sudut. Hawa dingin yang tadinya melingkupi, perlahan menghangat.

Aku terduduk lemas. Rasanya seluruh bagian tubuhku lunglai. Setelah kurasa cukup mengembalikan tenaga. Kulangkahkan kaki menuju pohon sawo, yang rimbun daunnya hampir melewati lantai 2 rumah ini.

Baca Juga: ZONA MISTERI: Rumah, Hidup Bersama Mereka yang Tak Kasat Mata

“Assalamualaikum yaa ghaib, bagaimana ini, kenapa yang jahat di biarkan masuk, sebagai penghuni terlama disini, harusnya sampean bisa jadi filter rumah ini. Aku berbicara padamu sebagai orang yang telah di percaya pemilik rumah ini untuk menjaga tempat ini.”

Macam orang gila, aku bicara dalam hati tepat di depan rimbun pohon sawo, tempat dimana aku melihat makhluk tinggi besar menyerupai orang itu memperlihatkan diri saat awal memasuki rumah ini dulu.
Dan kudengar bisikannya, ‘Maaf.’

Sejak saat itu, rumah yang kutempati bersih. Hanya tinggal ‘penghuni’ asli rumah itu yang sesekali makmum jama’ah dengan kami saat sholat di rumah.

Masih banyak yang tak kupahami dari dunia gaib ini. Berlandaskan ketidaktahuanku dan keinginan kami untuk lebih mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa, Kang Ardi melontarkan ide untuk melakukan tawasul (kirim doa) rutin setiap kamis. Aku setuju, bukankah jika terus di bacakan ayat-ayat suci, rumah itu akan terang dan terhindar dari keburukan? – Inshaa Allah--

Komunitas kajian kami membahas seputar syariat. Kirim doa pada leluhur dan orang tua kami, yasinan dan pembahasan tentang hal-hal dasar dalam setiap sendi kehidupan bermasyarakat. Tidak langsung menyentuh ranah itu. Ada dasar yang harus diperkuat, agar hati tak mudah goyah.

Halaman:

Editor: Julian Romadhon


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x