ZONA MISTERI : Rumah, Hidup Bersama Mereka yang Tak Kasat Mata [end]

- 5 Agustus 2021, 22:09 WIB
/

Kang Ardi dan teman suamiku, Tio, yang baru datang, mengucap salam dengan terburu-buru dan langsung mengambil posisi semedi juga. Tanpa ada yang mengomando, Kang Ardi berjalan menuju tangga lalu mendenguskan nafas. Dalam posisi kuda-kuda dan wajah merah padam, dia membuka mulutnya.

Tio, seolah mengambil sesuatu yg tak terlihat dari tangan suamiku yang bergetar, lalu menghujamkannya ke lantai sambil berteriak “Allah!”

“Harghh!” teriak Kang Ardi, seolah memasukkan sesuatu ke mulutnya. Sesaat, kurasakan seperti angin kencang berputar di bagian dalam rumah, mengitari kami. Lalu sekejap, tenang. Suamiku menata nafas, Tyo sedikit terengah-engah, Kang Ardi berkeringat, Kiky terlihat lemas, wajahnya memerah dan jantungku berdegup kencang.

“Kuat wudhu nduk?” tanya Kang Ardi pada Kiky.
Kiky mengangguk dan menguatkan langkah menuju kamar mandi.

Tyo memilih keluar ke teras rumah sambil menetralisir, katanya.
Kang Ardi menatapku yang masih bengong setelah melihat pemandangan tadi.
Suamiku menunduk.
“Aku ambil gumpalan hitam besar dari Kiky tadi mas, itu apa?” tanyanya.
Aku terdiam heran, suamiku bisa gitu?
Kang Ardi senyum-senyum.

Baca Juga: ZONA MISTERI: Rumah, Hidup Bersama Mereka yang Tak Kasat Mata

“Kiky terlalu vulgar mak, kontrolnya masih belum bisa, jadi di datengin sama yang mau di usir, mana ada banyak, hehe, nanti coba tak arahkan lagi saja,” ucapnya.
“Kalau suami jenengan, next saja saya jelaskan, yang penting, jangan heran, sudah dari sananya, suami jenengan bisa seperti ini.”

“Jadi berasa lihat pemburu hantu ya,?” gurau Kang Ardi mencoba mencairkan ketegangan.
Ya, jawabku dalam hati. Ini sudah seperti adegan di perjalanan spiritual yang dulu sering kutonton di TV.

“Yang bikin heran, kok bisa makhluk kayak gitu tembus masuk dari lantai atas ya, bukannya sudah ada ‘pagar’nya?” ucap Kang Ardi padaku.

Nah, aku, sebagai orang yang merasa hanya ‘apes’ saja jika ketemu dengan makhluk-makhluk seperti itu, kali ini merasa sangat marah. Suamiku masih menata nafasnya. Adik iparku terduduk lunglai dan minum air doa dari Kang Ardi. Amarahku meluap, kuucapkan istighfar. Setengah berlari aku menuju lantai 2. Bulu kudukku meremang, sedikit pusing dan berat di kepala. Aku tak peduli. Sedikitpun rasa takut tidak ada dalam hati. Aku hanya ingin melindungi keluargaku. Dengan Nama Allah aku berlindung, Bismillahirrohmanirrohiim.

Halaman:

Editor: Julian Romadhon


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x