Sholat Tarawih Sendiri Boleh dan Sah, Tapi Berjamaah Lebih Afdhol, Penjelasannya Begini

- 24 Maret 2023, 11:15 WIB
  jamaah saat mengikuti shalat tarawih di Masjid Raya Al Jabbar, Gedebage, Kota Bandung (22/3/2023). Masjid Raya Al Jabbar yang sempat ditutup kembali dibuka untuk umum ditandai dengan pelaksanaan shalat terawih pertama dan nantinya akan ada kegiatan keagamaan selama bulan Ramadhan 1444 Hijriah.*
jamaah saat mengikuti shalat tarawih di Masjid Raya Al Jabbar, Gedebage, Kota Bandung (22/3/2023). Masjid Raya Al Jabbar yang sempat ditutup kembali dibuka untuk umum ditandai dengan pelaksanaan shalat terawih pertama dan nantinya akan ada kegiatan keagamaan selama bulan Ramadhan 1444 Hijriah.* /DENI ARMANSYAH/KONTRIBUTOR "PR"/

 

ZONA SURABAYA RAYA - Bulan Ramadhan tak lepas dari sholat Tarawih, sholat yang dikerjakan malam hari setelah sholat Isya', merupakan pelengkap (Afdhol) dalam ibadah puasa, walaupun sholat Tarawih merupakan sholat sunnah tapi sholat Tarawih memiliki banyak pahala di setiap malamnya.

Sholat sunnah yang hanya dilaksanakan di bulan suci Ramadhan, bisa dikerjakan secara sendiri atau berjamaah namun mayoritas masyarakat mengerjakan sholat tarawih secara berjamaah. 

Dikutip dari laman Muhammadiyah.or.id. sholat Tarawih lebih afdhol dikerjakan secara berjamaah, jika tidak bisa menjalankan secara berjamaah, sholat Tarawih sendiri juga sah, namun lebih afdhol jika dikerjakan secara berjamaah.

Baca Juga: Catat! 8 Hal Ini yang Bikin Puasa Ramadhan Batal, Nomor 4 Paling Menggoda

Sholat Tarawih yang dikerjakan secara berjamaah baik di masjid, di mushola atau dimanapun tempatnya akan membawa keberkahan dan memiliki beberapa hikmah. 

Berikut hikmah dari sholat tarawih secara berjamaah. 

1. Sholat berjamaah berpotensi mendapatkan pahala lebih banyak 27 kali lipat dibandingkan dengan sholat sendiri. Sebagaimana hadist Nabi SAW. bahwa sholat jamaah itu melebihi sholat sendirian dua puluh tujuh tingkat (HR. Al-Bukhori dan Muslim). 

2. Berjamaah di masjid akan menimbulkan rasa cinta terhadap masjid yang merupakan tempat suci dan nantinya dapat menjadikan salah satu dari golongan orang yang mendapatkan perlindungan dari Allah di hari kiamat nantinya. 

Diterangkan dalam hadist Abu Hurairah, Nabi bersabda : tujuh golongan orang yang akan mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat, hari dimana tiada perlindungan kecuali perlindunganNya, yaitu penguasa yang adil, pemuda yang tumbuh dan Ibadah kepada Allah, orang yang menyebut Asma Allah dalam kesendirian lalu berlinang air matanya, orang yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, orang yang digoda seorang wanita berpangkat dan cantik lalu berkata: Aku takut kepada Allah, dan orang yang bersedekah secara diam-diam sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dilakukan tangan kanannya [HR. Al-Bukhārī, Muslim, An-Nasā’ī, dan Mālik].

3. Salat Tarawih berjamaah bisa dijadikan sebagai tempat untuk beribadah sekaligus belajar dari apa yang disampaikan oleh para penceramah sebelum dilaksanakannya sholat Tarawih di masjid. 

4. Ikut dalam meramaikan masjid pada saat bulan Ramadhan yang merupakan bulan penuh berkah dan menyemarakkan bulan suci. 

5. Dengan berkumpul dan berjamaah di masjid juga dapat bersilaturahmi dengan sesama muslim dengan tujuan beribadah berjamaah melaksanakan ibadah kepada Allah berupa Qiyam Ramadan.

6. Nabi SAW memang menganjurkan kepada umat Islam agar menjalankan sholat Tarawih secara berjamaah.

Sebagaimana disebutkan dalam hadist  Aisya Ummul Mu'minin R. A bahwa Rasulullah SAW mengerjakan sholat pada suatu malam di masjid, lalu beberapa orang lelaki ikut salat bersama beliau. Kemudian beliau salat lagi pada malam berikutnya dan orang bertambah banyak. Kemudian mereka berkumpul pada malam ketiga atau keempat. 

Namun Rasulullah saw tidak keluar kepada mereka. Ketika tiba waktu subuh, beliau berkata,

“Saya melihat apa yang kamu lakukan. Aku tidak keluar menemui kalian bukan karena apa-apa, melainkan aku khawatir kalau-kalau hal itu menjadi wajib atas kamu.” Ini terjadi di bulan Ramadan (HR Al-Bukhari Muslim, Abu Dawud, An-Nasai, Aḥmad, Ibn Khuzaimah, dan Ibn Ḥibban). ***

Editor: Timothy Lie

Sumber: Muhammadiyah.or.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x